Minggu, 21 Desember 2008

Ayo Lindungi Aset Wisata…

Membaca gelagat dibalik judul “konservasi”


Masih berhubungan langkah-langkah konservasi…, seperti ulasan di Seminar HAPI sebulan lewat. Amrik bikin gerakan minimalisir santap salmon, upaya perlindungan stok aset. Sebagai alternative berani impor dari luar negeri untuk pemenuhan konsumsi. Ada apa…? Kenapa..?

Berawal dari sini, aku mulai ber-upaya kian pertajam fokus minat, beranikan diri baca gelagat dari fluktuasi gejala fakta.

Perilaku salmon pada masa berpijah memang benar-benar unik. Ber-migrasi arungi samudra dalam kelompok besar (schooling) lalu bertaruh umbar nyawa demi kelangsungan regenerasi. Secara kebetulan sungai-sungai di sebagian wilayah Amrik jadi habitat mereka, sebagai zona berpijah. Menentang arus muara hingga capai hulu. Bukan kendala meski berupa beda level tinggi. Tanjakan dari terasiring lansekap down-line menuju up-line. Tak jarang, acap beberapa individu temui ajal dari tabiat prosesi alamiah itu. Terkait jebak faktor kondisi format alur sungai, diterkam komunitas grizzly sebagai predator, juga tiba-nya musim “panen” bagi manusia.

Kisah ini mungkin hanya sekilas pengantar. Lebih intens sempatkan baca buku “Langkah-Langkah Hijau - hidup lembut bersama alam” karya Aubrey Wallace. Disadur dari judul asli “Green Means : Living gently on the planet ”. pengantar: Mochtar Lubis – Yayasan Obor Indonesia. Terdapat 1 materi bahasan khusus tentang salmon.



Satu kesempatan di forum maya, seorang sobat on-line berbagi forward pesan e-mail. Berisi ajakan bagi siapa-pun komunitas netter Indonesia agar sumbang pilih di ajang polling Internasional. Terkait wacana kepariwisataan yang diusung oleh lembaga semacam International Tourism Board. Rujukan isu yaitu tinjauan ulang 7 keajaiban dunia atas desakan hampir seluruh negara di dunia. Sekian decade berjalan, paradigma minat kunjung wisata hanya menguntungkan negara tertentu saja. Akibat efek dogmatis warisan informasi masa silam.

Atas inisiasi itulah virtual bureau bekerja himpun polling opini, wide-spreading via masyarakat jaringan. Tiap negara diminta mengajukan stok aset wisata-nya masing-masing, kemudian akan terdaftar dalam list resmi yang akan di dukung oleh inisiatif partisipasi warga negara-nya sendiri. Hanya saja isu yang diangkat berkaitan dengan aset wisata natural, tidak lagi artificial seperti wujud Borobudur. Kalo tidak salah Indonesia sepakat mengajukan 3 wajah stok aset: Danau Toba – Krakatau – Komodo.

Di-poin ini aku masih terbentur jengah… akan seberapa efektif bergaul ajang kompetitif, notabene rakyat Indonesia yang punya bekal melek IT? Namun bukan alasan untuk tidak pro-aktif dan optimis.



Mempersempit relevansi wacana,

Serasa ada titik temu dari rapat Koordinasi Pengembangan Destinasi Pariwisata di propinsi NTB, awal Desember lalu. Tema : Pola Pengembangan Destinasi Pariwisata NTB. Terkait harapan ASITA-NTB mendapat dukungan Konsisten Pemda Tingkat1, Kabupaten dan Kota. Khususnya PERDA tentang eksistensi ASITA sebagai mitra kerja.

Tingkat skala internasional kita tengah berjuang mengangkat pamor stok pariwisata alami. Entah dengan persiapan dan kebijakan antisipatif apa yang dilakukan pemerintah kita. Mengambil contoh pola dan motif perlakuan Amrik terhadap stok aset unik mereka tadi. Hingga capai ujung problematika… mau pola seperti apa yang akan diterapkan di tingkat paling bawah? Wilayah lokal NTB salah satunya.

Kilas balik lagi, jadi terkenang acara ber-tema sama ; program-program penyuluhan sadar wisata di garis Kebijakan Pengembangan SDM, upaya Memobilisasi LSM di garda depan. Tepat acara Sosialisasi dan Promosi Daya Tarik Wisata Kawasan Konservasi. Hotel Lombok Raya tanggal 29 Mei 2006.


Relevansi optimalisasi IT?

Sudah hal wajib yang tidak bisa ditunda. Upaya raih ketinggalan informasi lewat, bak gambaran nasib 3 stok aset wisata Indonesia di polling jagat maya tadi. Timbul tanya sederhana, apakah Amerika yang ber-pola aktif jaga komunitas salmon- turut didaftarkan sebagai stok aset wisata di ajang polling? Tidak sempat saya telusuri lebih jauh…saking mahal-nya biaya warnet dengan lamban sirkulasi akses data. Di Mataram selain jarang, masih juga susah ketemu free-hotspot!

Sejenak kog jadi ingat di Malang, anter keponakan main ke perpustakaan kota. Lepas mereka di ruang baca, saya berpaling pada sajian menu laptop. Ada 3 free hotspot andalan fasilitas di gedung itu. Sinyal kental…informasi-pun mengalir elegan. Semakin keranjingan jaring data.. gelar opini di blog pribadi. Sekedar upaya menebar nilai manfaat, semoga! Kapan Mataram menyusul?????



Galaxy CENTRE

Senin, 15 Desember 2008

video kampanye Lingkungan...,durasi Smenit!

ini sekedar karya nimbrung di Video Competition "Let's Do the Right Things" selenggara oleh Mycleanreef.org, ...sudah kedaluarsa deadline, jadi tak upload saja di blog. Pemahaman awalnya saya pikir panitia mengharapkan karya yang simple dari peserta. semacam gerakan sosialisasi LOW BUDGET yang di usung komunitas Petakumpet - Jogya. berkarya gak mesti mahal. Ternyata gak juga! syarat yang tadi-nya rada ketat bisa juga di kompromi panitia. contohnya..., gak boleh langgar karya hak cipta. ternyata ada juga kondisi yg di luluskan panitia. Jadi gak DO Right Things!....let's Do It Creating alias bikin KRIBO...uyel-uyel prakondisi. Yo wislah....,

postingan yang ini pake background lagu-nya mas Iwan Fals...Kemesraan. ngepasin latar dengan nuansa-nya. ini versi awal...,gambar lumba-2 kopian dari komputer teman yg bantu proses rangkai editing.






kini bandingkan, olahan yang lebih sahaja, tapi total isi materi adalah karya sendiri...., trus di iringi latar musik ktipak-ktipung...duk-duk-duk...ktumplak pyeeeer...mringkiwil -mringkiwil.... tak pikir-pikir persis kayak panggilan bunyi penjual BAKSO.....,




Minggu, 14 Desember 2008

kongres HAPI di Jakarta....,


Lokakarya Ahli Pesisir dan Kongres HAPI

Perwakilan LSM- Program Mitra Bahari


Aneh…, serasa ada ganjal setiap mau selesaikan artikel terkait program kunjung Jakarta kali ini. Keengganan basi yang mestinya bisa dibasmi. Tapi aku coba lagi bernaratif tutur kisah, semoga bisa penuhi harapan beberapa rekan JKRI…,

Pelaksanaan lokakarya pada tanggal 3-5 November 2008, bertempat di hotel Mercure Convention Center, Ancol-Jakarta. HAPI akronim dari Himpunan Ahli Pesisir Indonesia. berdiri sejak tahun 2005. Mengalami periode vakum dalam pemberdayaan kelembagaan. Sehingga lalu diadakan kongres sebagai upaya konsep benah internal. Peserta yang hadir meliputi berbagai multi stake holder. Instansi DKP, LIPI dan institusi-akademisi dengan lintas background ke-ilmuan, serta wakil Diskanlut tiap propinsi. Termasuk 1 orang perwakilan LSM yang ditunjuk oleh lembaga Program Mitra Bahari, stok Regional Center yang ada.

Diklaim sebagai organisasi profesi, maka anggota diwarnai oleh keterpaduan lintas sektor interdisipliner yang punya kepentingan sama bagi pengelolaan pemberdayaan pesisir. Anggota HAPI yang diharap tidak lain adalah peserta yang diundang. Canang target kemandirian sebagai Corporate Social Development. Tentunya dengan timbal balik kontribusi bagi independensi HAPI dari para anggotanya sendiri. Adapun agenda program pemberdayaan anggota, nantinya dapat melalui proses gulir dinamika, pembekalan diklat dan sertifikasi.


Papar prakata

Terdapat poin menarik dari penjabaran tiap pembicara. Berikut adalah ungkapan dari Bapak Widi selaku ketua HAPI. Tuang wacana bagi peserta agar ter-challenge supaya nanti mampu membawa nilai manfaat bagi kesejahteraan bangsa, ditiap daerah wilayah Indonesia. Salah satu isu berkembang adalah keinginan investasi dari pihak negara Korea untuk pengembangan perikanan budidaya di Indonesia, disebut Off shore Culture. Sebagai pembanding diungkit pula kajian isu konservasi mata rantai kehidupan ikan Salmon di Amerika. Negara tersebut kian mewaspadai tabiat pola konsumsi mereka terhadap dampak degradasi spesies itu. Sehingga patut memperhitungkan langkah kongkrit melindungi aset. Terkait sirkulasi atraktif pola migrasi massal dan pemijahan di sungai-sungai bagian wilayah Amerika. Konsekuensi dari kebijakan itu, pemenuhan konsumsi salmon dalam negeri alhasil harus import dari negara tetangga.

Agenda lain adalah upaya menghimpun database informasi gempa berbasis website. Relevansi dari derap program mitigasi bencana dan adaptasi lingkungan. Penekanannya, bila tidak jadi perhatian Pemda setempat lalu terjadi bencana menelan korban, ada ganjaran hukum kurungan minim 2 tahun dan maksimal 10 tahun. Tentunya merujuk pada responsibilitas lembaga maupun oknum yang ditunjuk, sebagai alur otoritas dimensional.

Cuat lain, tentang serapan Loan yang masih sangat rendah. Diharapkan jadi kajian bagi KP3 dan dinas-dinas instansi tiap daerah. Misalnya dialokasikan sebagai pembiayaan program S2 bagi SDM di daerah. Juga alih wacana dari Fishery’s Management menjadi Marine’s management.

Disinggung pula kebijakan sentralistik terhadap pengelolaan pesisir di daerah, bahwa pusat tidak lagi menklaim diri yang mampu menuntaskan permasalahan ditingkat lokal. Sehubungan dengan varian managemen konflik. Namun juga disadari peralihan hak inklusif pengelolaan pesisir pada daerah yang bersangkutan tidak selalu mulus berdampak baik. Terutama pada kasus pertumbuhan ekonomi sector riil dan menyangkut masalah prosesi penyerahan swa-kelola aset pulau-pulau kecil pada investor asing. Ko-relevansi-nya, bersinggungan langsung dengan kontraversi antar UU no 26/2007 yang bahas Tata Ruang versus UU no 27/2007 tentang pengelolaan wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil.

While, penekanan alibi sebagaimana kutipan buku “Arus Balik” karya pak Pram. Bahwa kita masih terjebak dalam paradigma lama efek transfer kebijakan structural era kolonial. Agar tidak mengalami periodik stagnasi, bangsa kita harus merubah Paradigma Daratan menjadi Paradigma Lautan. Sesaat saya terkenang pelantikan pengurus Program Mitra Bahari – Regional Center NTB. Referensi terhadap buku itu masih sama di pembukaan prakata pak Widi 2 tahun dulu. Fans of Pram rupanya…..,


Gilir deskripsi pak Sarwono,

Penilaian saya pribadi, beliau sedikit tampil nyentrik…santai berkisah…namun membawa poin cerah. Fokus kajian-nya adalah isu perubahan iklim global, sehubungan dengan konsep pembangunan wilayah pesisir. Oleh-oleh wacana dari sebuah temu forum skala international, kata beliau. Jadi mediasi transfer ilmu….,meraih pemahaman.

Terkait perubahan iklim global ada 4 isu yang jadi perhatian komunitas dunia belakangan ini. Yaitu ;

· Pergantian musim yang tidak lagi mudah diprediksi

· Pemanasan suhu global

· Naik-nya permukaan suhu air laut

· Menyebar-nya penyakit-penyakit ter-isolir.

Dari 4 hal tersebut yang lalu menjadi acuan variabel strategis. Sehingga tercetuslah motivasi opini menciptakan produk perubahan iklim. Sebagai upaya langkah penyelarasan peluang antara potensi dan kerentanan.

Tersepakati 2 tugas besar dalam sosialisasi upaya obsesi tadi. Pertama adalah tahap adaptasi dan mitigasi, ke-dua ; Fokus sumberdaya yang miliki peran stabilisasi iklim, dalam arti mulai canangkan gulir program ketahanan pangan dan energy terbaharukan. Bio-diesel, adalah salah satu item contoh kasus. Untuk pemenuhan stok olah bahan mentah harus dicari tanaman yang tidak bersinggungan dengan kebijakan konsumsi “PANGAN”. Mesti ada opsi selain jenis vegetasi konvensional handal, kelapa sawit. Misalnya melirik potensi sebaran alge, dapat sebagai alternatif bahan mentah bio-diesel sekaligus ampas limbah bisa terkelola sebagai pupuk.

Sebagai muara akhir, orientasi dari kajian program global ini adalah konsep Pembangunan Berkelanjutan. Dengan masih santai-nya pak Sarwono bilang… “Jadi, kita mestinya tidak lagi terjebak dalam mainstream paradigma darat dan laut

Hahahaha…. Dasar! beliau memang orang lingkungan. Pemahaman-nya benar-benar menyentuh Dasar pola pikir. Dan diDasar hati saya terbersit kelak ingin punya kans untuk bisa diving bersama, menyelami pondasi tubir…menari di tabiat arus…bercengkrama polah biota. Hingga mencapai Dasar samudra secukup abilitas kita. Ini angan…namun bisa juga hasrat! Semoga sinyal asa ini terhantar, baik perantara angin atau-pun gelombang laut. Salam dan salut untuk pak Sarwono.


Agenda Kongres

Sehubungan kurikulum benah internal lembaga, kami peserta terbelah 3 tim dengan fokus tiap tema dalam alur interaktif sidang kelompok. Saya tergabung di komunitas membahas AD/ART. Yang lain entah-lah. Akibat hembus artificial wind-blow … dingin AC memaksa saya rentan pudar konsen. Hingga mbalelo… menumpas jenuh dengan aksi sketching wajah serius para peserta forum. Selanjutnya berujung presentasi wakil di sidang panelis.

Tentu ada beberapa input sebagai proses tambal sulam bagi kompleksitas organisasi. Terpilih juga beberapa wajah format baru sebagai komoditas pengurus untuk 3 tahun masa jabat kedepan. Sambutan ketua baru tetap bersisip harap tercapai-nya tahapan konsep Integrated Coastal’s Management. Paling inti adalah perubahan inisial HAPI menjadi HAPPI, akronim dari Himpunan Ahli Pengelola Pesisir Indonesia. Usulan ini berasal dari satu peserta yang miris dengan debut kata ahli, sebab beliau sendiri adalah pengusaha yang bergelut wisata marina di bilangan pesisir ibu-kota. Masih mending bapak… batin saya senyap. Terlebih saya yang mungkin hanya segelintir stok gerilyawan pesisir…. di pelosok bilangan ibu-pertiwi.




Bayu paraning Banyu….

Semesta nebula kabut susu….,

Jumat, 12 Desember 2008

tembang .....TAIL-ING

Berikut ini ada sebuah karya gubahan dari lagu lama adopsi karya Gavin Sutherland 1972. Bercerita tentang seorang peng-ekor…lalu beranjak jadi komunitas peng-ekor…. Konotasi oknum pelaku dalam performa bahasa inggris disebut “as a Gerund”. Bersifat ke-benda-an, obyek pelaku pemuja materi… tabiat silau mencari ila dengan sanding-sandang kalimah La ilaha illAllah. Kerapuhan syahadat syirik…,

Afikasi -ING word…, dalam plesetan sufistik lebih njawani, layaknya alur tembang bait Macapat berpinutur kira-kira begini…..“ingkang kawula niat ingsun dumateng paranING Gusti”.

Sekedar panduan mudah, coba senandungkan lagu di bawah ini dengan sumbang merdu suara. That a voice of my choice! Cara mati mudah... dekati sang Kuasa…..





Tailing, by ROAD StayWET 2008




I am Tailing …I am Tailing

Home again… ‘cross the sea

I am Tailing …. Stormy water

To be near you… to be free

I am flying… I am flying

Like a bird ‘cross the sky

I am flying passing high clouds

To be near you… to be free

Can you hear me? Can you hear me?

Thru the dark night…far away

I am dying … forever trying…

To be with you… who can say.

We are Tailing… we are Tailing

Home again… ‘cross the sea

We are Tailing… stormy waters

To be near you… to be free

Oh LORD, to be near you…to be free

Oh LORD, to be near you…to be free

Oh LORD!

kliping berita Lingkungan....

Ini sekedar klip artikel pribadi yang pernah berhasil di muat di Lombok Post. Jangan tanya bagaimana rasa senang-nya saat itu. dari sekian kali coba....ternyata justru berita lingkungan yang terseleksi tampil. kedepan-nya, akan ada rangkai segmen naratif ala sendiri yang bakal tampil di blog ini. Ikuti saja.....,