Sabtu, 12 Desember 2009

apa kabar Pulau Bungin?

Tiap menyebut nama pulau Bungin serta merta saya kembali teringat masa bocah. Pulau ini terletak dalam ceruk teluk di wilayah Alas - Sumbawa. Tahun antara 1977 - 1980 adalah masa kenang silam. Pelabuhan penyeberangan penghubung antar pulau Lombok dan Sumbawa, saat itu masih di teluk Alas (Belum Labuan Tano). Bungin berada dalam satu kawasan lingkar teluk. Tidak ada data detil yang tersimpan di memori saya saat itu. Kecuali serpihan kisah penghantar Bapak dalam tiap kesempatan pelayaran arung antar pulau. Konon dulunya berupa gugus pulau karang. Mungkin maksudnya berupa 'taket' atau 'gosong'. Gugus karang yang terbenam dan akan tampak permukaan saat air laut surut. Lalu ada komunitas suku Bajo-Sulawesi mendirikan beberapa bangunan rumah panggung. Sejurus waktu pulau ini kian berkembang luasannya, seimbang dengan perkembangan laju pertambahan penduduknya.
Saya tidak akan melebar pada rujukan data statistik resmi terkait sejarah dan perkembangan pulau Bungin. Sebaiknya bisa anda baca dalam website yang lebih banyak mengulas detil tentang wacana Bungin. SumbawaNews.

Sedikit mengulas poin-poin Bungin,
Apa saja kelebihan pulau ini dalam jajaran koleksi pulau milik Nusantara? Lebih spesifik merunut pada khazanah kepulauan NTB. Sejalan waktu laju populasi yang kian bertambah, pulau ini-pun bertambah luas. Berangsur kurun lintas waktu. Berdirilah rumah-rumah panggung, satu demi satu. Biasanya ditandai dengan ada-nya pernikahan pasangan pengantin baru. Cikal bakal wadah rumah tangga. Pondasi dasar bangunan didirikan. Secara gotong royong warga saling membantu. Namun tugas awal sepasang calon pengantin adalah diwajibkan mengumpulkan batu-batu disekitar pinggir pulau. Sebagai bahan material pondasi. Bagi saya, agak makin membingungkan statemen ini. Bahkan cenderung dilematis. Bertolak belakang dengan kondisi realitas. (akan saya bahas dalam akhir wacana).
Belakangan pamor pulo Bungin kian menanjak. Padahal menurut info, sumber fokus pemerintah daerah karena diawali pada kasus masalah tingkat rendahnya higienis seperti tipikal hunian standar layak. Pulau ini rawan penyebaran penyakit. Faktor kepadatan antar rumah dengan space terbatas, berjejal seperti yang tampak pada foto satelit diatas. Foto versi baru - karena sebelumnya pulo Bungin terpisah dari daratan induk, lalu dibuatkan jalan tembus. Sepanjang pengetahuan saya.. era tahun 90-an track itu tadinya berupa jalur bentang-jajar tiang listrik. Subsidi fasilitas penerangan bagi warga disana.
Apakah sebagai sebuah intrik dongkrak kondisi keterpurukan? cibir minoritas konotasi negatif, entahlah! Mungkin sudah menjadi pertimbangan lain yang di-olah para stake holder dan pemangku kepentingan. Ini adalah 'daratan-buatan' alias artificial island. Dulu-nya mantan gugus terumbu karang...taket ataupun gosong sebagai debutnya. Sehingga wajar susah ditemui ragam vegetasi disini. Alhasil, warga yang memiliki ternak kambing memberi pakan apa adanya. mulai dari sisa fillet ikan, dan 'ampas' rumah tangga lain-nya. Bahkan lebih unik, musabab keterbatasan pakan, kambing di bungin juga menyantap kertas.
Sejalan waktu promosi pulau ini melekat dengan banner resmi "Kambing Makan Kertas". Demi kiat memancing kunjung wisatawan datang bingkai lahan turisme. Kans PAD dan tentu saja harkat warga Bungin, ktiban getah hidayah. Termasuk tagline yang gak kalah menarik. "Pulau Terpadat di Dunia". Wooow... wah.. wah...

Agenda Bungin terkini....,
Lama tanpa juntrung kisah, topik Bungin kembali muncul ke permukaan. Menjadi kajian ala kadar yang gak begitu hangat. 14 Desember 2009 di lokakarya 4-th KMB-NTB (Konsorsium Mitra Bahari). Bertema Design Kawasan Konservasi.
Bagi saya pribadi konsep pengelolaan Bungin mestinya menjadi sajian menarik. Alasannya, hampir 3 pertemuan beruntun sebelumnya yang saya hadiri. terasa materi hambar (panas-2 tai oyok). Dua kali pertemuan penyelenggara Diskanlut propinsi NTB fokus fasilitasi dan pemantapan Kawasan Konservasi Kelautan Kab, Lombok Tengah dan terakhir status peralihan penanganan TWAL Gili Indah. Estapet dari Dephut ke pihak DKP.
Kenapa menjemukan, karena pembahasan tidak lebih dari sosialisasi wacana saja. Belum menyentuh substansi tema utama.
Kembali poin, beberapa pentolan Diskanlut prop. NTB esok hari (15 desember 2009) langsung bertolak ke Bungin. Konon Meresmikan status sebagai stok lokasi tujuan wisata ranah pesisir. Sekaligus memperingati hari Nusan
tara. Singkatnya masih penasaran saya dibikin, knapa Bungin?

Kontroversi promosi & konservasi

Hampir sepanjang akhir 2009 saya mendengar variasi usung program tentang wacana pemberdayaan masyarakat pesisir. Acuan tetap di 2 kubu instansi utama, Diskanlut & Depparpostel propinsi NTB. Diskanlut gelontor PNPM masyarakat pesisir hingga sentil Bungin. Sementara Depparpostel motor utama bkaitan tema Lombok-Sumbawa Promo 2012. Sekaligus pembahasan pariwisata dan lingkup Konservasi. Permintaaan pangsa konsumen luar negri yang mewajibkan Indonesia sebagai zona tujuan wisatawan kudu peduli terhadap kelestarian lingkungan. Relevansi sama dengan konsep KKP (Kawasan Konservasi Perairan) flowchart kebijakan DKP. Pertanyannya bisakah instansi program ini bersinergis?
Kembali poin, saya mencoba ber-asumsi terhadap sinkronisasi promosi Bungin. Selidik upaya investigasi dari karya lokal film dokumenter berjudul "Crescent Moon over the sea" (Bulan Sabit di Tengah Laut), karya sinematograf berlatar belakang Bungin. Baca detil lebih lanjut di SINI.
Apakah dompleng promo tenar momentum? sehingga instansi terkait kian terpacu mengangkat pamor bungin? Bisa ya.. mungkin juga tidak. Alasan saya sederhana saja. Apakah semata evolusi tujuan promosi lantas mengesampingkan logika berpikir? Juntrung akhir akan jadi bumerang akibat ketidak-jujuran, gelitik konsep pengelolaan tercanangkan.

Pendalaman kasus yang tidak terkuak. Sebagai habitat buatan, Bungin
bukanlah konotasi pulau alamiah. Tidak ada calon pengantin memungut batu karang (yang mestinya kategori sudah 'mati') disekitar pesisir. Sisi pulau sebelah mana? Habitual yang terjadi, calon mempelai pria harus bekali diri dengan modal yang tidak sedikit demi cikal bakal pondasi rumah. Perluasan lahan membangun rumah tangga baru. Sebagai entitas perilaku lumrah. Pondasi rumah panggung adalah timbunan bongkah karang, digali dari wilayah perairan sekitarnya. Terminologi beda dengan sekedar 'memungut' karang di pinggiran pantai. Tentu berupa pola yang merusak habitat biota laut. Bahkan pernah dikatakan, nilai-strata pria bajo bungin akan menanjak dilihat dari besar ukuran rumah yang akan dibangun. Katarsis finansial dan sinambung gengsi dan harga diri. Kiblat unsur kasta duniawi...,
Berpaling atau memang gak menggubris konservasi habitat. Seperti itulah potret yang berlangsung. Seberapa besar kontribusi pengrusakan tergantung kemampuan jejalah santroni gugus terumbu yang mampu di rengkuh. Sekali dayung... 2-3 pulau dikebiri habitat terumbu. Jagal lingkungan... percepat ajal ekosistem yang ada.

Muara akhir perspektif,
Lalu kemana kebijakan kelola Bungin diarahkan oleh Pemda ? Mempertahankan status quo dari kondisi yang ada. Mendongkrak sinyalemen pamor bungin dengan kontradiktif anti konservasi lingkungan. Atau mulai sekarang merupakan gaung titik awal pembenahan inovatif dengan sisip 'misi' terselubung. Menyelamatkan aset stok wisata beserta komunal etnis didalamnya. Bekali diri dengan tematik ramah lingkungan. Paham wawasan dan nilai kawasan.
Kans opsi terakhir sudah ada. Akses masuk bungin sudah permanen! Bagi saya statusnya kini jelang menyatu dengan daratan utama. Kesampingkan citra buruk untuk menjadi lebih baik. Semoga tercapai.....,




*sabit rumput didaratan.... hentikan sabit karang di dasar perairan!!!
Rasa-nya poster karya saya sendiri bisa ikut tampil jd penghias insert... mumpung ada korelasi kasus.

Senin, 23 November 2009

demam KIAMAT 2012....

Ternyata sosialisasi sinematografi.....,

Sekian lama saya absen menulis materi blog. Terutama judul akhir terkait isu Kiamat 2012, jadi artikel mlompong yg sekedar berhias gambar dan 2 sub-judul. Masalahnya, belum menyempatkan diri nonton pilem-nya! Disamping aktivitas FB-an ternyata lebih banyak menyita bergaul di sirkulasi ruang publik. Statement dinding....serasa jadi media efektivitas dan esensi efisiensi. Tapi gamblang dan runut masih membutuhkan lahan lebih luas.

Terlepas siapa-pun, pasti juga tergelitik dengan isu bakal heboh calon Kiamat 2012. Berbalut bungkus penghantar kemasan pihak Media. Efek wacana tadi bergulir bagai efek bola salju. Gumpal kian membesar. Mungkin sudah menjadi "indikasi" yang sangat di harapkan oleh pihak tertentu. Lengkap bumbu kaitan warna sejarah maupun background scientifik.
Sebut saja, perhitungan kalender suku Maya. Hingga perdebatan jatuh tempo terjadi-nya gejala alam, Badai matahari di taon 2012 nanti. Baur kalkulasi angka dan deret numerik. Ketika tiba pada penghujung kulminasi puncak bincang hangat, headline news... seketika terkuak modus operandi (ini penilaian saya pribadi) dibalik isu Kiamat. Muncul Film garapan Holywood dengan judul 2012. Bingo....Eureka!!!! Fenomena belakangan ini akhirnya terjawab dengan sendiri-nya.
Semata demi isi pundi keuntungan berlipat, status "BOX OFFICE". Celah itu dimanfaatkan pihak sinematograf. berTag-line pongah "We Were warned". Kita telah di-ingetin.....Hahahaha!!! Seperti implementasi tugu peringatan namun berbasis bisnis komersil.

while, baru 2 hari lalu (7 Des 2009) saya tergerak nonton film 2012. itupun sekedar comot VCD bajakan pinggir jalan muatan 10-1...Ten in One, seharga 6000 rupiah. Ogah dalem-2 kuras saku...maklum "sistim peringatan dini" saya lebih awal bekerja! Di Mataram-Lombok gak ada 21. Pusat penyewaan VCD... terlanjur mati kartu keanggotaan. Tentu saja ini bukan langkah anjur! berdalil membantu para penjaja kecil pinggiran dengan membantu sejumlah beli rupiah. Yang notabene juga purna rupa sindikasi bisnis bajak hak cipta. Tag line saya cuma sederhana "I was just WARNED". semata rangkai Amar makruf....

bocah-bocah INDIGO,
Selagi wacana kiamat menjamur, pembahasan juga menyinggung sekelompok bocah khusus. Bahwasanya menjelang akhir usia bumi akan datang paritas bocah Indigo. Mereka ditengarai adalah kalangan spesifik yang mempunyai keunggulan dan keistimewaan. Terutama membaca gelagat pesan alam dan menembus transfer logis dunia metafisik. Tentu saja tetap di-embel-2i "mereka" adalah bocah pilihan perpanjangan Kuasa Tuhan. Gak kurang telah banyak disinggung kalangan peramal dan paranormal. Dari Mama Laurent....Ki Joko Bodo...Ki Jiki Pinter...mungkin juga Ki Joko Cerdas. Banyaklah.....

Korelasi tematik bocah "mutu" tertentu ini setidaknya bikin saya geming. Mesti-nya ini bukan wacana baru. Kajian Kitabullah (maupun jabar kitab suci agama samawi lainpun) sudah terlalu gamblang ulas tuntas. Runut kronologis peradaban sejarah Manusia. Bahwa bocah-bocah INDIGO sudah pernah ada, tidak hanya di era kini jelang momen sambut calon kiamat 2012.
Para rasul utusan Tuhan mustinya juga layak di sebut "eks" bocah INDIGO. Ketika tiba masa pengabdian mereka-pun berbekal dogma tabligh. Pesuruh berkurikulum pondasi IMANisasi. Ajaran berisi kabar gembira, peringatan dan ancaman. Lengkap pula sandang porsi keistimewaan (unik) tersendiri, berjuluk Mukzizat.
Sekedar refresh-remind...., mari gali kisah berdasar translasi surat Al-Anbiyaa. Dimulai dengan si Abul-Anbiyaa (bapak para Nabi). Nabi Ibrahim (Abraham) masa kecil-nya memiliki otak kritis & logis, sinyalemen pencerahan mencari wujud Tuhan. Lalu ada si cilik Musa (Moses), sejak orok dibesarkan, sekaligus sebagai simbol penumbang imperium Firaun. Berlanjut Nabi Isa, si bayi penterjemah saat ibunda gagu sejenak.
Terakhir rasul Penutup, figur Muhammad. Setidaknya ada 2 ungkit referensi masa bocah-nya sbg calon predikat INDIGO. Pertama saat status penggembala kambing di penitipan induk semang, Halimatus Sa'diyah. Disaksikan 2 bocah lain, beliau mengalami "operasi" organ internal dengan cara gaib. Kejadian lain, saat beliau berada dalam iringan kabilah pedagang. Sang kakek mendapat pesan seorang rahib mengenai tanda kenabian sang bocah indigo tanah arab. Kemana-pun rombongan berjalan selalu di naungi kanopi awan.
Semata berpikir.... silahkan pilih. Bodoh...pinter...cerdas... berpulang pilihan masing!

Selasa, 27 Oktober 2009

Garden SONG by john Denver


The Garden Song

Chorus
Inch by inch, row by row, gonna make this garden grow
All it takes is a rake and a hoe and a piece of fertile ground
Inch by inch, row by row Someone bless these seeds I sow
Someone warm them from below
Til the rain comes tumbling down

Pullin' weeds and pickin' stones,
we are made of dreams and bones
I feel the need to grow my own cause the time is close at hand
Grain for grain, sun and rain I'll find my way in nature's chain
Tune my body and my brain to the music of the land

Chorus

Plant your rows straight and long,
Temper them with prayer and song
Mother earth will keep you strong if you give her love and care
An old crow watching hungrily from his perch in yonder tree
In my garden I'm as free as that feathered thief up there


Jumat, 23 Oktober 2009

Fenomena Bintang Jatuh

Info menarik saya dapat dari beberapa kunjung wall rekan sesama FB mania. Dua hari kemarin (21 & 22 Oktober) bakal ada peluang sajian fenomena alam, di kanvas langit. Taburan hujan meteor, atau kerap dijuluki bintang berekor. Gejala langka ini menurut pada ilmuwan adalah aksi rutinitas skala jangka waktu. Komet yang punya ulah itu bernama “ORIONID”. Bisa dinikmati pada saat jelang pukul 12 malam hingga tiba jam 4 dini hari. Terutama saat di terpa cahaya tiba fajar di ufuk timur. Saya begitu semangat ingin jadi pirsawan. Sayangnya moment berharga itu terlewat, akibat fokus jeda kantuk.

sekedar referensi coba intip LINK


Singgung bahasan tema terkait,

Secara impulsif redaksional ayat Qurani, saya sering dibikin penasaran dengan fenomena lontaran batu-2 angkasa. Konon, adalah aksi "jumrah" para malaikat ditujukan pada kelompok Jin. Para pencuri dengar.. berita-berita Gaib di singgasana langit. Terutama jin para utusan para ahli Ramal...sebagai rekan pendamping. Profesi pengais wangsit perantara sekutu, manusia-demit. Komunitas Jawa bilangnya konsep "Perewangan".


"Make a wish..." saran seseorang. Cetuskan harapan saat melihat bintang jatuh. Terlepas dari berbagai jenis keyakinan, semua berpulang pribadi masing-masing. Toh, semua itu kadang hanya sekedar sajian pelengkap alur kisah di film dan sinematografi. Gak bisa dipungkiri, kerap mengundang sisi latah kita. Berharap pada sesuatu yang bukan "sanad"-nya.

Adakah ko-relasi dari fenomena aksi lempar "jumrah" para malaikat. Entah ber-entah..., nalar saya berusaha menyatu titik-temu. Bahwa bukan "kita" saja sebagai manusia, yang kerap ingin intai sesuatu yg "sirr" di tabir misteri langit gelap. Malam memang punya sensasi tersendiri. Apakah cuma ada lengang di beranda negeri bintang? Galaksi yang bungkam... lalu kenapa harus ada ekspedisi luar angkasa? Semata ber-pondasi rasa penasaran, ingin menguak hijab dengan berbagai latar belakang ilmu. Astronomi... Astrologi....


kembali pada celetuk FB...,

Bagi sebagian orang, taburan hujan meteor adalah kewajaran gejala alam. Lalu saya coba giring pada momentum korelasi kini. Apakah terdapat konotasi pesan terlampir? Pelantikan Orde terpilih di Indonesia. Jabatan tahap ke-2, pak SBY dan jajaran-nya.

Semata merangkai benang merah jalin sejarah pendahulu. Kurun Orde Baru - masa enyam presiden Soeharto. Konon di selimuti misteri serba klenak-klenik. Koleksi tosan aji dan mustika.Memiliki komunitas orang "pintar" pilihan dari pelbagai pelosok nusantara. Mereka inilah sang andalan, staf oknum pembaca "pesan" dibalik fenomena kejadian alam semesta. Semata demi kelanggengan tahta tergenggam.


Gak jauh dari komunitas para empu pencipta benda pusaka. Sirkulasi kisah yang tidak jauh dari tematik bintang jatuh. Dibutuhkan "material" logam terpilih. Ilmu kini disebut Metalurgi. Prosesi mengharap hidayah Maha Pencipta, melalui ajang bersih diri, tirakatan. Sembah-Tareqah. Hingga tiba material yang dinanti, watu-tiban. Bongkah meteorit...yang tidak aus tergesek atmosfir. Bahan yang di tunggu sang empu. Kajian tehnologi sekarang, batu meteor mengandung logam unggul, berupa Nikel dan Titanium. Lebih punya strata dibanding sekedar biji besi (al-hadid). inti-nya, pusaka muasal "watu-tiban" di anggap punya martabat dan kasta yahud. Gak sembarangan prosesi kejadian.

Lalu bagaimana dengan oknum "pagar"... new ordo ala SuraBaYa dan para bonek-nya (plesetan inisial), menyikapi fenomena hujan meteor? Adakah sisip pesan membaca gelagat?


berikut ungkap celetuk....,

era ORDE Baru, tampuk pimpinan jaman pak Harto yg kerap dwarnai tema klenak-klenik... sebuah gejala alam selalu dikait-2kan dengan sebuah konotasi pesan Dumateng paraning Gusti. well, Ordo SuraBaYa...dengan para bonek-nya....memaknai apa thd berita pesan-2 langit???? semata gejala alam biasa....atau sdh sibuk menghubungi para ahli Falaq. Ramalan hujan meteorit.....,

Celetuk ringkas (saya) ala wall FB itu ternyata mengundang rekomen rekan jejaring. Lha menurut mas Taufan sendiri gimana? O-oooo...., mengharap reaksi komentar... waiting wishing's-list on under column, malah ktiban pertanyaan bailk. Awalnya sekedar saya jawab "Waduh! saya bukan peramal mas!" Jeda selang sehari ngendap... muncul was-wasil honnas! Saya timbun jawaban sekena-nya. Berbunyi gini-nih......,


@HA : bisa bnyak konotasi... ini bisikan wangsit yg br sy terima. Akan banyak muncul para Bintang yg ahli d bidang-nya utk sgera menyelesaikan tugas-2 tertunda negri ini.....,
tp ibarat hukum SISI KOIN : bakal banyak warga RI yg kepala-nya di lingkari rotasi bintang-2....alias pusing 7 keliling. tambah puyeng liat kondisi yg kian semrawut. gak jg kunjung sembuh skalipun telan puyer bintang 7. hatta atas resmi petunjuk resep dokter.
hehehehe.... itu td berita ANGIN di serambi Gugus Bintang. Bukan forward dari emak si Mamah Lauren.








Selasa, 13 Oktober 2009

FaceBook VS Blogging

Well,
Ternyata sepanjang perjalanan sirkulasi nimbrung rana virtual, bisa teralih dengan berbagai tawaran mediasi fokus. Sekaligus kian memahami diri seolah hidup ala Informan. Bukan dalam konotasi sempit lingkup miring. Secara gak langsung tergiring sendiri oleh kemudahan akses jejaring, Tehnologi Informasi.

sisi lain,
belakangan kog ogah-2an mengisi akivitas blogging. Serasa jenuh...pingin lebih instan-able, sajian pola praktis. komen...re-komen. Rutinitas mulai redup. Padahal begitu banyak sajian ulas. Fenomena Fesbuk...boleh saja menggejala di awal kelahiran-nya. Sudah lumrah....,

Yang jelas secara pribadi gak ingin Blog demi blog yg sudah terkelola menjadi terbengkalai. Terlebih mati... gak terasah. No-way....substansi oknum kambuhan! Ayo bangkit lebih antusias!!!!



(cermin diri)

Minggu, 27 September 2009

segmentasi jeda Waktu

Sedikit ada nuansa baru paska jalani durasi sebulan ramadhan...,
Aktivitas blogging kian menyusut.... atau masih prosesi merangkak cari bekalan ide dan opini. Sementara gak bisa tepis geliat aktif ber-FB ria....

sedikit belajar intropeksi mandiri,
semoga ini adalah "EFEK" paska lintas momen lega...lebaran.
kembali seperti bayi.....
kembali pada hakikat fitrah....

Starting poin...,
horeeeeeeeeeeeeeee....... saya selaksa kertas putih....siap saji....siap aksi.

Sabtu, 19 September 2009

Minggu, 06 September 2009

Madu...Ramadhan....kajian surat An-NAHL.....,

Sabtu, 5 September 2009,
Ada ajakan mendadak lepas siang kemarin. Via jerit HP yang sebenarnya malas saya angkat. Maklum masih diguyur hawa kantuk. Rundung siang tengah sasi ramadhan. Hasrat serasa tak ingin cerai dari dekap bantal, beralas matras gulung. SMS singkat.. "siapin handycam.. ayo pigi Narmada shoot hunting Madu". Saya gak bergeming. Sanding ogah jengah!
Lintas detik.., mendadak kesadaran avonturir saya pulih. Mungkin kambuh. Lantun bisik..Ayo daripada lemah gak berdaya, sambut peluang itu. Kapan lagi umbar aksi saat ramadhan. Ini kans kajian khusus kurikulum semesta.
Percik "asa" itu sekaligus asupan geliat tindak lanjut. Sejurus kemudian saya-pun melesat ke rumah kakak misan bergabung tim kecil. Anjangsana tuju lokasi perburuan. Nama desa (..........) bagian kecamatan Narmada - kabupaten Lombok Barat.
Suasana paras lansekap beralih serba hijau. Maklum kawasan ini merupakan zona kantung air. Lingkar utama pendukung subsidi PDAM bagi kota Mataram dan sekitarnya.
Persawahan selayang pandang. Kami-pun tempuh aksi-kaki setelah parkir motor di tepi pemukiman penduduk. Ada serumpun lebat hijau vegetasi di ujung sana. Tepat tengah sawah. Lokasi sarang lebah madu hutan.....,

Tiba zona inti. Tampak personil para pasukan pemburu madu tengah persiapan prosesi. Tampak inset adalah profil utama. Punya julukan unik, pak Bandeng. Sudah lumayan lama kami kenal. Bercengkrama singkat ala silaturahmi seperti biasa. Saya-pun mulai aksi gelar tayang take a shoot. Kliping moment segmen dokumentasi....,
Next, muncul tantangan lain. Gak bakal menarik intipan konvensional. Sekedar liput kegiatan di bawah. Demi "angle" yang menawan saya harus rela ikut panjat pohon. Tidak terlalu susah lantaran tersedia "jalur" bantu. Melalui tegak batang julur bambu yang menempel tepat di pohon tujuan. Namun cukup menguras keringat. Ah@! sekalian olahraga...men sana in corpore sano...men sana...men sini... menclok sana-sini...gala aksi dahan!
Selanjutnya saya gak bisa banyak bercerita. Maklum, selain terpesona dengan saji adegan depan mata... saya hanya bisa merangkumnya dalam rekaman data video. Lewat kekhawatiran tersengat pasukan para lebah pekerja. Denging mereka mendesing berseliweran....cuma berjarak 2,5 meter! Semoga rekaman nanti bisa pula sy up-load dalam posting pendukung artikel ini.

at least, jabaran kurikulum hari ini sudah memberi saya nuansa baru. Pendalaman kasus biota - masyarakat lebah. Tentang kisah Kitabullah di surah AN-NAHL. Intisari ayat 68-69, dengan bait bunyi translasi sebagai berikut ;

· Dan Tuhan-mu telah mewahyukan kepada lebah : “Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia”.

· Kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagi-mu). Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, didalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan.


new blog launchnig : getah-lebah