Kamis, 02 Februari 2012

Kampung Melayu Ampenan....,

Postingan ngadat,
Lumrah saja. Mengingat begitu banyak sajian pilihan gambar yang bisa di pilih. Tapi gilir mana yang paling representatif sebagai wajah asli Kampung Melayu, ini yang bikin bingung. Terutama suguhan gambar ikonik yang merupakan esensial tematik. Ah! kenapa tetap saja seolah saya di siksa dan risih?
Padahal, sekali lagi gak ada aturan baku! Sajikan apa apapun
yang ada.. ditemui, dari hasil olah indera netra. Kelilipan aura kisahnya, syukurlah...,

Selayang pandang. Mendengar 'kata' Kampoeng Meladju tentu akan merujuk pada konotasi struktur dinamika sosial. Melayu, identik keberadaan bangsa pribumi. Suku rana budaya di bilangan teritorial Sumatera bahkan jajaran entitas negri Malaysia. Agak persis dikatakan begitu, sempatkan baca rujukan wikipedia. Dan jika dikatakan sebagai ras khas, titik wilayah pertemuan budaya Nusantara. Bisa jadi benar. Begitu pula dengan konotasi warga pesisir. Sebab, kampung melayu Ampenan berlokasi tepat eks pelabuhan lama. Masih dilengkapi peninggalan bangunan tua sisa era kolonial. Dimukimi oleh perwakilan sejumlah suku, antara lain. Sulawesi, Banjar, Jawa, dan suku lokal Sasak. Disamping juga akulturasi pendatang Arab, china, India. Baur sejak duluuuu kalaaaaa.....,
Dan mengawali image pembuka (inset atas). Sengaja saya pilih plank nama jalan di mana saya tinggal. Jalan Seroja. Menghantar lintas jenak pada nama grup musik kejayaan trending irama melayu. Tema vintage.. dengan fluktuasi nada, mendayu-dayu.., Alamak!

Dan sajian potret berikut semoga kian menjadi bianglala penghantar wacana,
Inilah paras eks pelabuhan lama. Kini tinggal menyisakan bekas pondasi dan gelintir onggok pancang tiang besi tua. Seolah mengisahkan sisa peninggalan, potret legenda kota Bandar yang berjaya di waktu silam.
Kini, tiang pancang itu lebih banyak dimanf
aatkan oleh para pemancing sebagai fasilitas hinggap. Interaksi intim dengan kelompok camar, yang bertengger di ujung tumpul besi. Sambil melukis noktah guano.
Buih-buih ombak tampak memutih dengan shaf gulungan alun. Memecah debur... dan menerbangkan kristal asin di sekujur pori pengunjung. Bukan tanpa sebab. Momen ini saya jepret ketika tiba musim angin barat. Gelagat menyambut imlek... gong xi fat choi 2012.
Dan memang tidak jauh dari aspal lurus memasuki kompleks pelabuhan terdapat vihara. Tidak terlalu besar. Tapi disaat momen perayaan imlek cukup riskan macet bagi alur lalu lintas selasar aspal utama tadi. Jamaah budha yang ingin sembahyang berdatangan dari penju
ru ceruk kota. Memadati hari raya. Dan sepanjang hari itu vihara bernuansa merah. Kepul hio bak halimun, jauh mengalahkan pesona warung sate. Tajam menusuk hidung oleh daya hantar angin. Dan talu genderang (konon diasumsikan sebagai tabuhan mengetuk langit) menandakan kegembiraan aksi barongsai. Warga sekitarpun berduyun datang, sekedar menikmati atraksi dan obsesi ciprat angpaw. Kali ini saya gak geming, berbaur seperti tahun sebelumnya. Padahal mestinya menawarkan banyak poin of interest fotogenik.

Persis sebelah barat vihara, adalah lokasi Depo Pertamina
Ampenan. Aktivitasnya berjalan rutin. Seliweran mobil tangki minyak ukuran sedang dan besar. Menyempatkan bangun pagi, bagi penggemar fotografi aliran Human Interest (HI) tentu akan banyak menuai momen aktivitas. Seperti jejalan sopir truk tangki menunggu jadwal panggil. Bergerombol dengan uniform biru. Atau bisa mengabadikan aksi pemburu "bensin tetes". Berlarian tak peduli terik menyambut truk tangki pulang kandang. Demi rejeki.. etalase bensin eceran. Ach, ada saatnya saya bakal nimbrung lebih intens.

Dari komplek Depo Pertamina dan Viahara, sedikit bergeser selatan dikit. Pecahan aspal jalan Aria Banjar Getas, terdapat bongkahan gudang tua. Sebenarnya, ini bukan 1-1nya graha kuno. Tembok kokoh berhias kerak lumut kering. Dan beberapa sudut kadang berhias tumbuhan paku. tumbuhan parasit.. sisip hijau yang ala kadar. meski tidak secantik dan menawan tempelan anggrek.
Gedung.. alias gudang yang satu ini masih fenomenal. Menurut saya pribadi loh! Selain masih bertahta ejaan lama " Goedang Hookie". Betapa secara tidak langsung menunjukkan semangat akulturasi itu sendiri. Kata-kata serapan asing yan
g di rangkai dalam frase. Sebagaimana perwajahan 'umum' pada jaman-nya.
Gudang keberuntungan ini memang masih dipertahankan. Bukan tanpa sebab, Seperti tabiat umum kekinian, pemilik etnis tionghio lagi terfokus bisnis sarang walet. Prospek keuntungan menggiurkan dari segi hasil. dan jika, gudang ini mampu dihuni warga walet! komplit dah fungshui-nya... mempertebal pundi dompet. Walet selalu identik "wallet". Sekali lagi, gak bisa dipungkiri.. kata maupun frasa, memiliki kekuatan tersendiri.

Satu lagi , tempat ketinggian yang paling saya sukai adalah menara suar milik dinas Perhubungan. Tegak menjulang. Berwarna putih. Tulangan besi... siku dan anak tangga yang mulai keropos. Cuil-gupil digerogoti ulah embun asin. Bisa jadi, struktur mercusuar ini merupakan poin tertinggi dari julangan menara yang ada di penjuru tempat Pelabuhan dan lokasi sekitar. berfungsi kiblat, pencerahan bagi nelayan dan kapal yang bergerak arungi celah selat Lombok. Menghantar benang cahaya...., Kerap menjadi tempat saya bermeditasi. Bilik terbuka, persinggahan sementara. Sekedar renung singkat di ketinggian. Lempar daya visual... menuai semilir angin laut. Bahkan menyaingi level canopi-canopi seng yang menghampar luas. Coklat oleh sebab korosi. Gelombang karatan penutup atap. Stagnan... dominan.



Lalu apa saja yang menarik dari aktivitas manusia-nya? sisi Humaniora dari kacamata pribadi. Khas dan pembeda. Biarkan kamera saja yang bicara...,




tim kesenian rebana kampung Melayu.. ini dokumentasi saat perayaan Maulid lewat. Di tempat kami dijuluki Hadrah.
Sesi lain, tim hadrah biasa melakukan kunjung sesama anggotanya dengan tidak membatasi lokasi. Sesuai keinginan dan kerelaan pihak pengundang. Artinya bisa diluar kawasan kampung Melayu. Rutin sekali seminggu. Selain ajang latih, juga bina silaturahmi .
Kesempatan lain tim Hadrah juga bisa disewa tampil dalam pembukaan acara khusus yang diadakan oleh instansi maupun perusahaan tertentu. Biasanya saat menjelang bulan ramadhan.
Kelompok lain, bahkan pernah diundang sampe Malaysia dan Brunei



saat perairan tenang... beberapa warga "non nelayan" turun laut.
Berbekal jaring apung dan ban sebagai pelampung mencari ikan.
Hasilnya, kadang sebagai lauk santapan di rumah, atau jika agak banyak para istri akan tergerak menjual ikan tangkapan dengan berkeliling menawarkan ke tetangga.
mobiling marketing.... jaminan-nya, ikan lebih fresh!


ini salah satu bentuk kreatifitas remaja masjid Babussalam - Kampung Melayu. "Garap" calon mempelai pria yang hendak ijab kabul sebelum prosesi akad Nikah.
d
Diarak putar kampung dengan iringan bahana tabuh rebana..,

tujuan semata memeriahkan... sekaligus shock terapi untuk seorang figur suami yang gak boleh gengsi.. demi menghidupi rumah tangga-nya kelak. Sekalian perkenalan pada warga lain.. *notabene untuk pendatang baru di kampung Melayu


2 komentar:

@info_ampenan mengatakan...

kalau ada info lain tentang ampenan,bisa di shared ke @info_ampenan

Unknown mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.