Kamis, 29 Maret 2012

Banjir Bandang Belanting 2012

Limpah air.. antara Berkah & Bencana...,

Baru saja terlewati momen ultah gingga ke-7. Bertepatan perayaan nyepi, jumat 2 hari sebelumnya. Itupun tanpa hidangan tart dan tiup lilin seperti taon sebelumnya. Hanya menyempatkan main di fun-city, have fun ala kadar bocah. Dan syukurlah. Pasukan cilik saya, kali ini gak terlalu banyak nuntut. Hanya minta kesempatan mengumbar tawa di kolam bola. Itu-pun Gingga sempat kecewa, lantaran luap obsesi yang terbatasi karena libur nyepi tadi. Emosi tersendat. (Baru terpenuhi hari sabtu)
Alhasil sepanjang perjalanan balik pulang, dengan berkutat motor yg dihuni sarat penumpang. Saya harus banyak berceloteh. Sekedar mengalihkan bara kecewa si bocah sulung. Perhatian pada beberapa momen perjalanan. Gak ada yang unik. cuma lengang Mataram paska perayaan ogoh-ogoh. Mulut gang kampung hindu banyak yang tertutup, lantaran ritual pati-geni. Tak luput, sisa beberapa gelintir boneka bhuta-kala tergelok juga persis di gapura ujung. Berpalang for bidden to across. Dan ini cukup menjadi bahan kisah pembekalan pengetahuan buat Gingga.

Merintis jalur aspal. Antusias gingga lebih intens. Pada setiap perempatan besar masih tampak seliweran relawan mengumpulkan sumbangan. Demi bantuan warga wilayah Belanting - Lombok timur yang baru saja terkena bencana banjir bandang. Akibat curah hujan yang marak di 1/3 awal bulan maret. Hulu selasar atap Rinjani sebelah utara mengirim subsidi banjir berikut material pendampingnya. Mewakili reportase detil bisa baca di artikel "Banjir Bandang kembali Menenrjang Kecamatan Sambelia" (gemaalamntb.org).
Hingga tercetus ada keinginan saya untuk melihat langsung ke wilayah Belanting. Penasaran ala pewarta community jurnalism. Semangat liputan yang kambuh. Dan gingga ternyata merekam hasrat saya itu.

Minggu, 25 Maret 2012.
Dan "rongrong" itu muncul lagi sejak pagi. "Ayah, kapan kita ke Belanting?". Saya sedikit idap malas, semalam terkuras melek jatah browsing. Ngarep masa in-charge. Dan lagi-lagi, cuaca mendung ujung ufuk timur, bikin enggan, pangkat kuadrat. Dobel males-nya! Tapi gak lama... turn-on! gak tega liat Gingga yang setia dampingi saya tergolek di matras. Bola mata-nya sirat sedih. Sisi lain, pemicu-nya unik. Dilalah pecah bohlam ide. Ter-ilhami momentum, Ogah-ogahan... konotasinya kog seperti nasib boneka ogoh-ogoh jumat lalu. Terbengkalai mubazir paska rutinitas ritual. Dan saya gak pingin gingga kecewa ke-2 kali. Bisa jadi ini bakal jadi hadiah ultah gingga yang "lain". Sigap bangkit tegak. Umbar dinamika gerak. Gak peduli perih mata... tanpa basuh mandi. Jitu mengawali semangat kiprah avonturir... wake-up! brand new day....,

Meski matahari mulai tergelincir jelang nanar siang. Touring dimulai. Ada keinginan mampir pasar jelojok-Kopang. Tapi aktivitas sudah mulai berkurang, alhasil kami putuskan sekedar ganjal perut dengan santap bakso Kopang. Lumayan sekedar hangati lambung. Temperatur beranjak dingin maklum level ketinggian wilayah. Menyempatkan mampir disalah satu masjid turunan perempatan Rumeneng. Jamak-Qasar jatah zuhur-asar. Sesekali pit-stop sekedar keremus bekal camilan. Teguk usir dehidrasi. Perhitungan jarak dan jatah sisa waktu bikin saya riskan prediksi durasi tempuh. Maksimal 6 jam pulang-balik Mataram-Belanting. Dan speed motor gak bisa total geber ala single touring. Harapannya, mudahan tidak disergap gelap saat pulang nanti.

Jelang masuk pertigaan Labuan Lombok. Langit masih benderang, tapi gumpalan awan tebal dicerobong Rinjani bermuatan mendung mulai berarak arah timur laut. Ah! 100% berpeluang hujan. Sedikit kebut melintas zona lian hingga labupandan. Persis tanjakan sambelia, hujan mulai turun. Sempat saya ragu... terusin atau cukup di poin terakhir. Tapi gingga minta terus. Yah sudah, dengan berlapis ponco kami telusuri alur aspal. Hawa dingin mulai susupi tubuh. Sesekali kami berpapasan dengan rombongan touring motor. Bisa jadi mereka menyalurkan bantuan sumbangan. Termasuk lalu lalang ambulance, tim SAR dan PMI. Sejauh pengamatan, semua perangkat tampak berkordinasi.

Berkungkung jas hujan, dan laju motor 30km/jam tentu saja membosankan. Dan lagi-lagi, saya musti bercerita. Tentang apapun yang eye-catching. Gerombolan domba dengan bulu dekil.. persis konotasi wedus gembel. Penggembala puluhan kerbau yang menutupi akses aspal. Termasuk ulasan kisah lokasi bekas saya ngajar di SD Tekalok (edisi 2011). Bahkan kami sempat ketemu seorang anak yang masih saya hafal wajah. Cuma lupa nama. Mengayuh laju BMX butut di dekat kantor Desa Tekalok.
Melewati batas dusun Kokok Pedik, hujan makin deras. Beberapa kiri kanan jalan mulai terlihat tumbangan pohon merefleksikan musim angin pada awal bulan maret. Dan suguhan ini sudah akrab terlihat sejak tanjakan dusun transat - wilayah pemekaran arah timur desa Sambelia dengan batas desa Labupandan. Indikator sisa banjir juga mulai teridentifikasi. Pinggiran aspal tampak genangan becek. Material gunduk tanah yang terbawa laju air. Terlebih parah adalah lintasan air yang membelah beberapa lahan perkebunan penduduk di lahan miring/slope. Terlihat seperti bentukan anak sungai kering (creek) yang baru. Lucu, sebab kontras dengan tegakan sisa pagar vegetasi pembatas. Tebangan pohon dan raung chain-saw terdengar nyaring. Beberapa warga bakal punya stok kayu bakar yang cukup. Sementara ada pula warga yang menjual pada penjual skala besar. Truk pengangkut terutama pohon berdiameter lebar seperti sengon, lainnya jati dari jenis bibit super.

Singkatanya, kami tiba di lokasi jembatan putus. Melewati sedikit gundukan bukit. Persis di sambungan patah jembatan di kali Batu Sela. Nama yang disandang dusun bersangkutan. Sesuai inisial, tempat ini memang bercokol bongkahan batu besar di beberapa tepi ruas tanjakan aspal. Tampak pada inset gambar diatas. Terlebih pada paras sungai yang menunjukkan kesan identik. Serba batu. Mengingatkan pesona negeri Flint-stone. Wilayah dominasi di sela bebatuan. Jadi sangat wajar klo dinamakan begitu.
Terkait peluang dampak banjir. Kawasan ini memang prioritas terkena limpah air bah. Pada kejadian banjir belanting edisi sebelumnya (2006). Kasus patah jembatan di lokasi yang sama juga di alami. Alasan utamanya, sebab alur "sungai" ini merupakan 'jalur' alami yang terbentuk oleh retakan paska letusan besar gunung Rinjani. Sejarah letusan tua yang belum resmi tercatat. Pastinya ledakan maha dahsyat. Hingga mampu bikin ceruk besar, kubangan kepundan / kaldera. Yang kini membentuk danau Segara Anakan. Gali-kaji sejarah erupsi dengan alibi dan analisa sederhana saja. Puncak tertinggi dari Rinjani sekarang adalah 3726 mdpl. Gak tepat juga kalo di katakan puncak (top mountain ataupun high peak) sebab rekor ketinggian tadi merupakan teras dari bilangan lingkar rim. Bibir lereng tertinggi. Dengan berpindahnya bongkah ceruk tadi, kebayang dah! betapa besar daya yang dibutuhkan. Energi dentum maha kuat! Entah dengan sekali momentum erupsi maupun proses berkelanjutan. Transfer material dan kandungan mineral baik dari aneka kategori, debu-pasir-kerakal-batu-dan bongkahan besar menyerupai ukuran gubuk hingga rumah. Seperti yang kini terlihat berserakan, sepanjang hampar lansekap pulau Lombok. Terutama di zona bagian timur.

Kembali ke bahasan utama, perihal Batu Sela. Soal banjir dan daya gerus air tentu gak bisa lepas pengaruh aksi rambah hutan di bagian hulu. Intensitas curah hujan tinggi menjadikan kombinasi seia-sekata. Kalkulasi total dampak bencana limpahan air. Biar agak relevan, ayo mendeteksi lebih intens, telaah hasil intipan tehnologi remote sensing, versi Google Earth.
Sengaja saya lingkari pola poligon warna oranye, sekedar menandai coverage dari wilayah yang notabene merupakan bentukan dari letusan Rinjani. Terlihat gamblang bahwa sobekan Kaldera Rinjani memiliki ceruk tajam mengarah ke zona timur. Jalur lelehan yang alami terbentuk. Tanda panah Merah hanya menegaskan lokasi tepat dimana Batu Sela berada. Garis liuk putih menunjukkan alur sungai. Poligon oranye ini sekaligus menandai zona yang patut di waspadai sebagai kategori kantung rawan bencana. Dulu, ada informasi menarik seputar zona bentukan eks erupsi itu. Luberan-nya membentuk pola lebar. Para geologist menyebutnya zona pola kaki bebek. Bahkan dikatakan, bahwa sebelum Rinjani meletus, paras pulau Lombok, khusus wilayah Sambelia dan Belanting tidak seperti sekarang. Konon, pihak pemerintah Belanda (lagi-lagi) memiliki 2 over-lay beda peta. Pencitraan mapping edisi pra-paska erupsi. Bahkan disebutkan komplek gili Lampu dan Gili Lalat (Lawang & Sulat) merupakan estapet prosesi pembentukan daratan melalui geliat aksi vulkanik-tektonik di tanah Lombok. Paduan Erupsi dan timbuk lempeng selasar Ring of Fire. Bagi saya ini sebuah anugerah pelajaran yang berharga, Local Geography. Dan teriring syukur pada tehnologi Remote sensing. Mengintip bumi... seolah saya lagi ongkang-ongkang di serambi Galaxy...


Zooming lagi, dan kini tampak jembatan Batu Sela. masih utuh karena ini hasil jepretan setahun sebelumnya, riwayat tertera di bawah kiri angle, imagery date :24 Agustus 2011. Tercatat dengan detil posisi geografis S : 08° 18’ 24.93” E : 116° 37’ 52.56” dan elevasi 395 Ft. Gak ada indikasi apa-apa, ini cuma bahan dasar pengenalan buat Gingga, how to used a GPS.


Next,
Kini siap pulang balik Mataram. Sudah sekian jepretan kamera saya lakukan. Uniknya, tampak 2 lokasi yang terpisah oleh patahan jembatan menjadi seperti 2 kubu terminal. Beberapa pria lokal seperti ketiban peluang rejeki. Mereka menawarkan jasa "penyebrangan" khusus untuk motor yang hendak menuju desa seberang. Sebab memang itu rute terdekat. Dibandingkan kudu ambil alur aspal lingkar di level daratan terendah.
Hujan masih turun di sekitar Batu sela hingga sekitar lian. Agak pegel juga badan dibuat. Bahu kaku fokus dikemudi masih ditambah balutan hawa dingin. Selebihnya, arak awan mendung mulai tipis. Sisi barat lombok masih tampak cerah. Terang nanar melahirkan cahaya ke-emas-an. Momen Golden magic hours, seperti istilah tehnis di bidang Fotografi. Menerobos relung-relung aspal lintas timur-barat. Gingga terkekeh. Senyum dan terbahak tiap kali mendapati penunggang motor lain melindungi pandangan mata akibat silau mentari jelang karam. Persis adegan hormat bendera... Oh, hormat sang surya. sang Hinomaru bagi bangsa jepang sana. Dan perjalanan pulang ini kami lewati dengan riang. Tanpa beban penat yang berarti. Mengejar mentari.... meninggalkan bayangan dibelakang yang memanjang. Hilang dengan sendirinya... bercampur kala senja. Jadi teringat lirik senandung "back in the Sun".

Inset terakhir adalah tulisan Gingga tentang kesan perjalanan tadi. Masuk gerbang batas kota, Sweta sudah gelap. Tiba rumah, baru terasa dera pegal. Lemas... capek lah! Sebentar lagi tergeletak. See you next trip....,


satwa Hoki...

Selasa, 20 Maret 2012

surga persada... diantara 2 Nusa


Terlantar di Forum tanpa Kuorum. Seolah mengalami reinkarnasi naturalist bahula. Terhantar pada negri entah-berantah, menjanjikan miniatur surga. Aves paradise mengalahkan wujud sekedar pesona bul-bul. Lalu hinggap di singgasana perbatasan, Garis imajiner, linier hipotesis ala wallacea. Seolah perwujudan titik temu, konotasi dinding air, Al-Furqan. Pembeda satu sama lain.

Dimensi-dimensi kontra. Ciptakan kubu magnet daya tarik. Bertolak-belakang, bahkan di waktu yang sama, sekaligus. Negri para dewa. Apakah Bali. Apatah Gumi paer, bentang lansekap eksotisme Lombok. Mencatat nisbi cacah lokasi, kubangan ceruk Ekas. Menamai diri pesisir Surga. Atau sekedar inisial Awang, merujuk negri awan. Lalu bergerak lebih timur… lompat jejak ikuti kompas arah aurora. Menunggang punggung cendrawasih raksasa, (bukan garuda.. tidak merpati…jatayu atau sempati). Singgah lebih lama di bilangan pertemuan tanah & air, tempat singgah dimana betara-betari asyik mandi. Menebar tawa... merajut senandung kebahagiaan hakiki. Labuan kayangan. (Tanah kita memang tanah surga)



door 2 door... wall 2 wall....,

knock..knock... knockin' on heaven's door. yeyeyeyeyee.......,

Kenang senandung Gun and Rose.. melantun ramu lenting lead gitar pakde Slash. Seperti mengharap jatuh hidayah, terbukanya perbendaharaan pintu langit. Menghiba... khusuk sipuh. Terjerembab di altar sujud. Kungkung gelap... beralih pencerahan cahaya maha cahaya.

kini beralih versi lagu dalem negri, karya Ebiet...,

Dari pintu ke pintu... ku coba tawarkan nama, demi jerit tangis anak-ku dan keluh ibunya. Tetapi tampaknya semua mata memandangku curiga.. seperti hendak telanjangi dan kuliti jiwa-ku.

Esensinya,

Deret lirik pengantar 2 lagu tadi sama saja kog. sekedar upaya menggantungkan harapan dan upaya terlampir pesan dalam alur lirik. Sekalipun tentu masing akan punya konsekuensi dan beda pertanggung-jawaban atas profesi yang digeluti. Hatta, profesi pengemis sekalipun. Berharap belas kasih pada sesama-nya, dari dan pada ketukan pintu berikutnya. Yang berujung, apakah nurani sang pemilik rumah akan terketuk. Berderma sesuai kata hatinya.
Gitu juga dengan aksi gigih para Sales. Kudu tebal muka..meski gak paras rupawan. Punya over stok daya juang. Manis tutur bahasa , dan mungkin variasi dialektika. Sebagai ujung tombak perusahaan dimana mereka bernaung. Demi obsesi barang/jasa yang ditawarkan laris-manis. Dan ini juga demi pundi-pundi. The cash flow quadrant kata Robert T. Kiyosaki. Advance-lesson yang pasti dikenal oleh jama'ah Sales di seantero jagat bisnis. Level harapan yang ingin dicapai.

Ujug-ujug....,
toh gak ada beda terapan. Baik kancah konvensional (OFF LINE)maupun virtual (ON-LINE). Semata pengalihan bentuk purna rupa dari geliat sinambung yang sama. Berbusa kata.. khas copy writing sampe penetrasi iklan di berbagai wadah media elektronik. Radio.. TV.. internet.
Semua kanal bertujuan mendapatkan arus pangsa potensial dari obsesi terbangun. Mau terang-tarangan bahkan terselubung. ketok-ketok pintu... greeting dan ucap salam pembuka... mengenalkan produk & karya. Kini beralih beda ajang. Tadinya pintu... sekarang tembok.
Dulu grafity ...nowadays tembok ala FB. Dan rupa status kian membuncah. Ter-UpDate... secara rutin selagi koneksi bablas perlancar sinyal harapan. Apapun bentuknya... Silahkan. mau umpat-serapah... protes sosial.. fitnah bernanah. Wish list basi yang berhasrat menemukan juntrung realisasi. Bagaimanapun cara perwujudan itu soal nanti. Metodologi bergulir... sebab ada kemungkinan di 'luaran' sana beredar onggok nurani dengan respon tersendiri. Mampu bersanding mesra dengan visi-misi khalayak netter. 

Door to door... wall to wall...,
Apalah bedanya dengan wujud Tembok Ratapan di Yerussalem? Menggantungkan harapan dan hasrat terpendam. Suci dan bersih hanya akan tampak pada cerminan nurani yang di biaskan oleh tindak prilaku... pribadi dan golongan.


 


courtesy milik Wikipedia





Kamis, 08 Maret 2012

FABEL Fabulous....,

Tentang satwa-satwa menakjubkan...,
Membahas dunia fauna seperti tidak bakal kehabisan bahan. Begitu banyak hal yang dapat digali. Eksplorasi mendalam. Dari sekedar tematik animal behaviour, sampai menekuni varian spesies dalam pecahan sub-family, yang tertata rapi di alur taksonomi. alias taxobox.
Wacana binatang juga demikian menggugah. Undang penasaran dan bangkitkan semangat avonturir. Seperti yang dilakukan segelintir manusia bahula, yang berlabel "Naturalist". Katakan, semacam petualangan yang dilakukan oleh Alfred Russel Wallace. Demi obsesi berkelana ke pelosok bumi dengan hasrat kuat mempelajari dunia satwa. Terutama fokus hobi atas serangga dan kupu-kupu.
Salah satu kisah terkenal adalah penjelajahan ke bumi Nusantara. Menghasilkan catatan fenomenal, karya awal abad 19 otobiografi berjudul "The Malay Archipelago". judul lengkapnya The Malay Archipelago: The land of the orang-utan, and the bird of paradise. A narrative of travel, with sketches of man and nature.
Sebagian perca bab buku itu baru saja saya selesai baca minggu terakhir ini. Bukan setebal porsi lengkap karya asli in english. Hanya kitab sadur dan translasi sesi penjelajahan di Kalimantan, Sulawesi dan Kepulauan Aru. Ini-pun sudah cukup memberi saya sedikit elan pencerahan. Keciprat rasa petualangan. Meski ironisnya, buntu pengejahwantahan dalam arti harfiah. Gak bisa ngerasain langsung. Hanya berlatih asah fantasi dari sebuah hakikat sinergi karya tulis. Benarlah metode iqra. Membaca menyisipkan energi taqwa pada segenap ciptaan mahluk-Nya.
Kenes... haru biru... sebiru luasan cacah tanah-air nusantara yang belum bisa komplit terjajaki. Lebai - alai... perasaan hiperbolis.


Kitab Suci hingga program acara TV
Hal-nya pada muatan ayat-ayat Qurani. Berjajar surah dicuplik dari perwalian ayat yang terkandung nama satwa. Paling awal, ada Al
-Baqarah berarti sapi betina. Al-An'am lebih berkonotasi kolektif pada kalangan hewan ternak. Al-Ankabut merujuk pada laba-laba. Kandungan pesannya sederhana. Menggambarkan situasi yang lemah. Filosofi kondisi tatanan yang seolah menganggap kokoh, tapi sejatinya labil. Lemah mudah goyah. Seperti lemahnya kekuatan sarang laba-laba. Kaitkan pada kondisi struktur masyarakat jaringan, fenomena triple W, World wide web. Kait mengait, berujung pada kanal-kanal identik, rana tehnologi informasi (IT). Seolah tatanan gaya baru dari sebuah wadah masyarakat edisi terakhir. Beraksi satu sama lain melalui piranti dan gadget mutakhir. Seolah bumi begitu mudah di lipat. mengakali batasan regional.. menembus batas ruang dan zona waktu. Dan ajang silaturahmi tatap-muka konvensional seperti kehilangan makna harfiah. Sebagian pendapat bilang gitu. Padahal, gak total begitu. Bahkan tehnologi memang seharusnya sejalan peradapan. Tele-conference contoh tehno-terapan sebagian.
Seperti juga munculnya tokoh super hero 'Spiderman' ala Marvel. Inspirasi dari rujuk satwa mungil yang cuma lantaran terkena radiasi, akhirnya melahirkan sosok fenomenal. Pe
ter Parker as Netter, penebar senjata jaring... sang pembasmi kejahatan di amrik. Lalu kenapa bisa dikatakan secara kitab suci bahwa ordo-jejaring ini lemah. Hemm, perlu ada kajian di posting tertentu. Kelak... mungkin malah ntar lagi.
Kisah al-ankabut gak selama-nya bikin persepsi kalang-kabut. Ibrah nabi besar Muhammad SAW juga mencatat kisah unik. Spesies laba-laba bahkan mewarnai blantika sejarah hijrah, Mekkah-Medinah. Sweeping yang dilakukan kaum Quraisy, saat Rasullulah & Abu Bakar bersembunyi di gua tsur.
Dan satu lagi disebutkan sejenis merpati gunung. Besar kemungkinan merujuk pada keluarga kelompok merpati-dederuk-perkutut dan tekukur. Tubuh sedikit langsing. Inisial yang kerap disebut wong jowo, manuk puter. Berasal dari lafal ujar english pouter. Berdasar kisah tadi, tarik simpul mudahnya, tribute to animal itu berlaku. Memang ada!. Pantaslah bila ada sebagian pendapat anggap merpati sebagai lambang cinta. baca link "Mengapa burung Merpati dianggap sebagai simbol cinta". Hanya saja penjelasan di kanal itu masih terlalu singkat. Nurut saya sih!.

Sekelompok merpati digambarkan sebagai pendamping ikon utama, dewi Aprodithe. Hanya obyek penyerta yang disinergikan pada figur si dewi asmara. Bara cinta mengapresiasi hasrat padu cinta, make love! Gak lebih cuma sosialisasi fenomena sex-appeal terselubung. Mestinya akan lebih sesuai bila sang dewi di sinergikan pendamping kerang. Biota laut penghuni kontur dasar perairan. Sebab kerang memang dikenal penghasil Afrodiziac, zat pendongkrak libido lelaki. Begitulah kira-kira analisa mudahnya. Seperti apa yang di ekspresikan dalam dunia horologi, pabrikan merk Rolex. Menelurkan salah satu spesies karya arloji dengan jajaran spesimen oyster. Selain merujuk daya tahan dan ketangguhan, juga cermin aura maskulinitas.
Agak beda, bandingkan sosok merpati jika rujuk lambang kedamaian. Lucuti ke-angkara-murka-an, melerai pihak yang bertikai. Persis seperti gambaran ibrah dalam sejarah hijrah yang terpapar. Jika saja pasukan mekkah mendapati ada 2 musuh sembunyi dalam gua. Tentu akan ada pertumpahan darah. Letak sarang merpati di mulut gua justru meragukan para pemburu 2 insan hijrah perdana. Gak mungkin burung ini mau bertelur di gua yang akan di masuki manusia. Tuhan maha berkehendak atas segala skenario hidup!
Versi penamaan qurani selanjutnya adalah Al-Fiil, surat Gajah.




satwa kelompok


teori bahtera Nuh

Jumat, 02 Maret 2012

KENAPA Paul Gurita?... APA Pancing Gurita?




Mungkin ini benar-2 patut di juluki postingan basi. Membongkar Rahasia Paul Gurita. Terbilang wacana flash-back klo berpatokan periodik waktu. Repotnya, hal tertunda tetap saja merongrong dalam diri. Inner aspect, acap minta di ungkap. Sekecil apapun itu. Toh anggap saja seperti jabaran ayat. Sampaikan meski hanya sebaris kalimat. Jiplak versi "walau minnal ayat".
Back in time. Trending topik tentang si Paul gurita. Biota laut penghuni Akuarium Sea Life Centre, Oberhausen, Jerman. Selagi aktif meramal grup yang bakal juara dalam perhelatan akbar sepak Dunia 2010. Fenomena itu sempat merebak. Tidak lepas dari pengaruh blow-up pihak media. Terlebih, kepentingan media lokal Jerman yang berharap ini bisa sebagai senjata psy-war. Memerangi mental lawan tanding. Hanya saja porsi bagian ini tidak pernah terkuak. Nyaris pirsawan menganggap sebagai fenomenal luar-biasa. Di yakini tanpa beri kesempatan nalar ambil alih. Sekalipun gak semua ramalan Paul tepat. Namun prediksi si paul tetap menjadi sensasi tersendiri.


Polemik Wacana & Wikipedia,

Okeh, barengan, kini kita coba bedah dan telusuri. Hal apa yang paling spesifik tentang sosok gurita. Langsung merujuk pada Tempo dgn judul "10 Hal ganjil tentang Paul gurita Ajaib". (dasar, pemberitaan konvensional ala media umum ; masih saja si paul di juluki embel-embel "Ajaib"- alay hiperbolis) Selubung "blow-up" pada faktor ganjil yang seolah sulit terungkap. Saya cukup mengambil 2 dari 10 poin terlampir tadi. yaitu nomer 7 dan 9 :

7. IQ Tinggi
Gurita adalah hewan yang memiliki IQ tinggi dan terbukti memiliki ingatan kuat. "Gurita seperti Paul sangat cerdas. Kami menyamakan kecerdasan mereka dengan anjing dan mereka menyukai masalah dan suka menyelesaikannya," kata Fiona Smith.
9. Tiada Rekayasa
Paul meramal hasil pertandingan dengan membuka tutup salah satu
dari dua wadah makanan di akuariumnya. Staff Oberhausen Sea Life Centre, Tanja Munzig, membantah dugaan bahwa ada sesuatu yang diletakkan di salah satu wadah. "Tak ada tipuan. Makanan sama dan segalanya di kedua wadah itu sama, kecuali benderanya," kata Munzig. Mungkin Paul memilih karena warna bendera.

Dari dua poin diatas cukup jelas, sengaja saya warnai khusus pada alur kalimat. Intisari-nya adalah, Gurita memiliki IQ (kecerdasan) tinggi. Dan proses ramal cuma dengan menyertakan 2 makanan di wadah yang sama. Cuma di bedakan dengan identitas BENDERA! tanpa rekayasa. tipuan atau trik apapun. (ah! yang bener ????)

Nah! Kini gilir kita sinergikan dengan fakta ungkap deskripsi gurita di wikipedia. Adakah titik korelasi dan relevansi-nya? cukup saya copas di bahasan spesifik tentang faktor kecerdasannya.

Kecerdasan

Gurita sangat cerdas dan kemungkinan merupakan hewan paling cerdas di antara semua hewan invertebrata. Kecerdasan gurita sering menjadi bahan perdebatan di kalangan ahli biologi [1] [2] [3]. Hasil percobaan mencari jalan di dalam maze dan memecahkan masalah menunjukkan bahwa gurita mempunyai ingatan jangka pendek dan ingatan jangka panjang, walaupun masa hidup gurita yang singkat membuat pengetahuan yang bisa dipelajari gurita menjadi terbatas.
Gurita mempunyai sistem saraf yang sangat kompleks dengan sebagian saja yang terlokalisir di bagian otak. Dua pertiga dari sel saraf terdapat pada tali saraf yang ada di kedelapan lengan gurita. Lengan gurita bisa melakukan berbagai jenis gerakan refleks yang rumit, dipicu oleh 3 tahapan sistem saraf yang berbeda-beda. Beberapa jenis gurita seperti gurita mimic bisa menggerakkan lengan-lengannya untuk meniru gerakan hewan laut yang lain.

Pada percobaan di laboratorium, gurita dapat "mudah diajar" untuk membedakan berbagai bentuk dan pola. Gurita juga bisa membuka tutup toples dengan belajar dari melihat saja[4], walaupun penemuan ini sering dipertentangkan berdasarkan
berbagai alasan[1] [2].

Titik simpulnya, prediksi sementara, bahwa Gurita, pada percobaan di laboratorium mudah diajar untuk membedakan berbagai bentuk dan pola. Walaupun penemuan itu masih jadi pertentangan dengan berbagai alasan.
Selanjutnya...go ahead, yuk bongkar alibi tadi. Karena ini semua bagian terapan ilmu 'pengen'tahuan. Kadang dunia scientific punya beda katarsis. Ilmuwan akan punya berbagai dalil demi kepentingan tertentu. Satu pihak terbuka (open minded)... kubu lain pilih bungkam. Demi misteri yang seolah sukar di bongkar. Tidak sekedar dulang sensasi tapi juga kais nominal rejeki nomplok. Dipoles blow-up... menuai trending topik. Dan hasilnya, contoh mudah. Showroom laut - sea life center, tempat Paul bercokol panen dipadati pengunjung. Biasa! gelagat komersial....


Fenomena Pancing Gurita
Pucuk dicinta.. momentum tiba. Masih di kisaran taon 2010. Sebelum jelang pelaksanaan hari Pangan Sedunia ke-30 di Lombok. Beberapa minggu sebelumnya, saya kedatangan rekan lama. Muasal instansi DKP (Departemen Kelautan & Perikanan) Jakarta, bernaung pada sub direktorat kajian iptek bidang laut. Namanya Agus Cahyadi (akronim nick-name ACAH). Relevansinya, seperti biasa dengan antusias menunjukkan karya terbarunya. Sebuah alat pancing unik yang dirancang khusus sebagai kail khusus gurita. Mungkin terbilang tidak baru, karena alat tersebut sudah diuji-coba dan diperkenalkan pada komunitas nelayan di wilayah Wakatobi. Terinspirasi dari alat sederhana yang oleh nelayan Madura dan perairan Muncar (jatim) dikenal dengan istilah pocong. Secara inovatif kail ini dikembang dengan moda baru. Menyertakan chip elektonik kecil yang dibenamkan pada sebentuk gumpal media. Berupa material serupa padatan gips motif lonjong dengan 2 tonjol mirip tanduk dibelakangnya. Pada ujung moncong menjulur 2 kabel kecil. Berfungsi sebagai saklar utama yang mengaktifkan kinerja chip saat di celupkan dalam air.
Selanjutnya, chip akan bekerja dengan mengirim sinyal suara frekuensi rendah (sub-sonic). Penjelasan scientific sederhana, sinyal suara tadi akan langsung di respon oleh si gurita. Spesies biota bertabiat soliter. Penyendiri yang ogah hidup kelompok. Penghuni di balik karang dan celah-celah lubang di kontur dasar bawah laut (bottom). Sisi lain, gurita memang di kenal sebagai biota nocturnal. Alias aktif saat hari gelap. Intinya, suara sinyal rendah tadi bakal memaksa si hidden-octo keluar persembunyian. Menyerang 'pancing gurita' yang dianggap sebagai rival. Pengusik teritorial-nya! Rancangan unik bukan!?

Oiya! prototipe yang diperlihatkan saat itu juga memiliki motif polkadot, bodi multi totol. Menggunakan cat khusus yang memiliki efek menyala di saat intensitas cahaya mulai redup di kedalaman level air. Semacam radium/luminasi pada index hour arloji tipe diver watch. Sekaligus menyertakan 2 pasang kaki flexible, digantungi material lempeng metal baja. Fungsinya memantulkan bias cahaya. Bagian ini di modif untuk menyerupai lengan pencahar sang gurita. Identik tentakel... yang akan efektif bergerak sesuai gerak tarikan senar atau ikuti pola arus sekitarnya. Pada bagian tepi dan ekor pancing gurita dipasangi mata kail. Memudahkan si gurita target tersangkut saat menyerang.

Kajian bahas yang lain. Patut
di-GARIS-BAWAH-i ini adalah penemuan inovatif melalui kajian penelitian dan percobaan uji laboratorium. Mempelajari tabiat sekaligus siasati sisi lebih dari mahluk yang dianggap cerdas ini. Tepat seperti rujukan penghantar wacana di Wikipedia yang poin-nya saya jabarkan di atas tadi. Gurita juga punya mata yang khas. Berkemampuan tinggi merespon gerakan dan perubahan cahaya. Namun pancing khusus ini lebih menekan pada kapasitas respon frekuensi suara. Yang sebenarnya juga dimiliki oleh Paus dan Lumba-lumba, hanya saja para mamalia laut ini memanfaatkan kelebihan/berkah sebagai sarana komunikasi. Tehnologi Sonar sounding termasuk berkiblat pada hidayah alamiah. Dengan polesan ilmiah, tentu saja.
Adapun motivasi dari tercipta-nya alat ini sebenarnya tidak jauh dari upaya konservasi lingkungan. Menemukan alternatif pangan produk perikanan dengan tidak mengekploitasi kadar/ degradasi lingkungan. Sebelumnya, nelayan khusus penangkap gurita biasanya kudu menyelam ke lokasi dimana ditengarai banyak terdapat spot gurita. Memakai alat tehnik penyelaman hookah. Penyelaman tradisional bernapas via bentang selang kompresor. Cukup riskan akibat resiko terkena penyakit dekompresi. Juga kategori destruktif fishing. Sebab cara tangkap penyelam yang kudu meluluh-lantakkan terumbu yang menjadi liang persembunyian gurita target.
Latar belakang lain masih terkait trending topik, perubahan iklim global. Berakibat kerawanan pangan. Sehingga muncul tema keberlanjutan dan ketahanan pangan. Diperlukan temuan inovatif dan kreatif yang adaptif. Seperti tulisan yang tercantum di kotak kemasan pancing gurita. Tepat alat-nya... tepat ikan-nya.
Pemancing cukup beraksi di permukaan air dengan perahu. Menggantung kail persis di atas jajaran terumbu. Sisi idealis, tangkapan bisa di dapat dalam kondisi hidup. Termasuk bisa pilih-pilah. Misal menentukan target tangkapan dengan maksimal berat 1 Kg ke-atas. Lebih kecil dari kriteria bisa di lepas lagi untuk memperhitungkan daur hidup dan kemungkinan proses regenaeratif. Namun tahap ini sebagai canangan rencana dengan modus tertata dan integral di kemudian hari. Semoga tercapai... sukses buat produk ACAH, yang secara cerdik merujuk singkatan inisial penciptanya dan sinyalir singkat dari Atraktor Chepalod Harian.

Sesingkat sesi rekam dialog dan wawancara ala kadar nimbrung di teduh berugak sore hari (flash back 2 taon lalu).



NOTE :
Berikut beberapa dokumentasi saat persiapan sehari sebelum acara Hari Pangan Sedunia yang berlokasi di Praya- Lombok Tengah. 18 Oktober 2010. Prototipe pancing gurita kali ini beda bahan. Logam campuran baja-alumunium, anti karat. Warna coklat tanpa motif polkadot. Sinyalemen tahap inovasi bergulir dari si pencipta-nya.
Tantangan untuk format display di stan DKP adalah menyiapkan satu specimen gurita hidup. Dan kami segera meluncur ke perairan teluk Ekas diwilayah Awang. Momen kejar tayang! Memanfaatkan sisa waktu berharap dapat tangkapan sebelum hari gelap. Kondisi yang mendebarkan... tapi terbayar saat satu momentum.. hentak tarikan senar relawan pemancing. Menjemput paul ternyata pengalaman mengasikkan.


ACah bin ACAH narsis sejenak sebelum turun laut...,
lokasi : bakal pelabuhan di teluk Awang

Setting Pancing Gurita...

Lokasi spot gurita persis di depan areal surfing pantai Surga...
garis pesisir timur teluk Ekas.. depan properti resort Heaven On The Planet

pemancing in action. Bekal perahu kecil... dan masker untuk pantau lokasi dasar terumbu,observasi demi biota target


Akhirnya... specimen target dapat juga..,


Ups!! try to escape...


Airator... menjaga sirkulasi kadar oksigen
termasuk menyiapkan cadangan air laut untuk bekal penggantian
upaya menjaga si gurita tidak stress.




flash-back lebih silam, Melongok jauh, sebelum pancing gurita ditemukan. Taon 1999, sekelumit aktivitas di gedung BPPT (Badan Pengkajian & Penerapan Tehnologi) Thamrin-Jakarta. Selagi trending topik pemetaan, Peta citra dan penginderaan jauh (Remote Sensing). Perhatikan figur si acah. :)



si tutor guidance - meja digitizer & software Arc-info



nangkring atap.. mo perbaiki antene receiver NOAA
(National Oceanic and Atmospheric Administration)
While, aspal Thamrin bawah, diwarnai banyak aksi demo (jelang setahun menyambut peringatan Reformasi 1998)