Jumat, 30 Agustus 2013

paused on writing

Tips lain hapus jenuh....,
Nulis... ngisi wacana postingan blog bisa jadi hal yang sesekali menjemukan. Kerap-kerap ngadat... padahal masih punya beberapa stok kisah. Mestinya bisa di tuang... tapi kog tetap macet yah! mirip kinerja knalpot. Hembus gak lancar... terbatuk-batuk. Ada failure di perangkat internal mesin, mainstream, lebih tepat di istilahkan mind-stream. Antara benak... impuls intuisi... dan perkakas jari gak sinambung kait. Susah diajak kompromi.

Out of Box... kudu berpikir diluar hal rutin. Gak ada lain, pilihan jatuh pada aktivitas sketching. corat-coret dan pembiasaan lagi pendalaman karakter gambar. Tadi-nya, secara dampak juga bawa kans mendulang hasil finansial. Tapi gak total frontal. Alias sekedar penuhi order dari beberapa rekan sejawat yang membutuhkan. Ilustrasi buku.. head-shot figur seseorang.  Artinya secara aksi, ini merupakan langkah pemberdayaan peluang potensi. Maksud sisi humaniora adalah asah kecerdasan finansial. Melek sisi ekonomi....,

Baru lagi saya mulai. 1/1 wajah rekan pesbuk saya jadikan referensi. Memanaskan hasrat berkarya... biar kambuh, dan tumbuh lebih greget. Tentu-nya di poin itu saya lebih mengandalkan mood. Sambil plirak-plirik memandang karakter khas pembeda individu. Swear! berbasis mood jadi saya lebih mengandalkan feel ego. Pilih sendiri rekan mana yang bakal cocok jadi korban sketching. Melatih pembiasaan. Pelajari garis wajah... mana yang bisa di olah secara cepat. Ada juga yang perlu di-olah dikit detil. Hal ini terkait kurikulum yang random... acakadut. 
Begitu jadi, langsung tayang. Tancap di wall rekan FBers bersangkutan. Apa-pun bentuk apresiasi toh itu lumrah. Menyenangkan estetika perkawanan... sekalian gerilya promosi ala dinding ke dinding.



Susahnya nih! ada yang tergerak di buatin. Sekaligus minta pesan. Tapi giliran disebut pampang nominal langsung.. bubar jalan. Bungkam 1000 bahasa. Hehehe....., sental-sentil harga tapi diem. Entah dianggap mahal barangkali. Sekalipun ada juga yang lebih blak-blakan, acap dibumbui guyon afkir. Kalo bisa gratis mayan khan! ditambahi syukur Alkhamdulillah... serasa fasih, dengan cengkok basa Arab yang disempurnakan. Demikian merdu tembus telinga. Tapi-nya miris di hati saya terdalam. Duh gusti... ngurut ati lagi hamba-Mu ini..., Adakah engkau bakal kirimkan tukang urut spesial khusus hati hamba..., hehehe..., pembelajaran menejemen Kalbu.

Tadi-nya tensi semangat saya lagi nanjak. Eh, mendadak di ajak surut. Nah, coba lagi bayangkan. Ada mahluk lain muncul. Ajakan add friend tapi dengan misi tertentu. Minta digambarin. Pake nodong... jangan yang model sket mas, Klo bisa yang persis kayak foto-ku ini ni.. soale paling aku suka. Ntar tinggal aku copy deh! hantam kromo... tanpa tata tertib permakluman dan bumbu rayu. Wkwkwkwkw......, Dalem ati. Ini tipe manusia pingin beres. Gak paham proses garap. Apalagi mau peduli payudara-asma ( alias : tetek-bengek) tingkat tehnik dan kesulitan garap. Saya bikin sketch... dia minta porsi realis plus gratis. Yayaya....,  


Sejati-nya itulah curcol
Nikmati sajian gambarnya... bukan curhat alai-nya :)


rekan demen gowes...

another style.. same character

Iswara Dewa, sobat di FB

tax... driving licence & cowboy senior, 3ple corruptor

Luthfi Hasan Ishaq

Minggu, 25 Agustus 2013

riset oyster....

Prakata Biota :
at a glance... lokal teritip
populasi dan habitat identik. sejawat kerang mutiara.
    
kuliner khas...
saji mentah, kandungan afrodisiak... pangsa dan resto dominan,

kutat Ekosistem bakau....
wisata marina. pengenalan biota lain.
kans wisata tambahan
Kematian masal....,


PROLINK :
https://cerita-photo.blogspot.co.id/2014/05/riset-di-lawang-sulat.html

https://cerita-photo.blogspot.co.id/2013/10/my-son-as-bolang-in-mangroves-island.html
https://cerita-photo.blogspot.co.id/2014/02/sand-dune-of-gili-lawang.html
https://cerita-photo.blogspot.co.id/2014/02/around-blue.html

Rabu, 21 Agustus 2013

ada Kerang dibalik batu

pembesaran abalone di hatchery - Sekotong
Bla-bla-bla....,ini tentang gauli hewan laut. Terhitung ada setahun ini terjalani. Sebenarnya masih rangkaian dari agenda kunjung awal survey perihal kerang. Tahun lalu 2012 di bulan Juli. Memenuhi hajat rekan mengunjungi balai LoKa Budidaya hasil Perikanan Laut di wilayah Sekotong - Lombok Barat. Biota laut yang dimaksud ternyata Abalone, a.k.a kerang mata tujuh. Disamping juga ada 1 kerang jenis lain, kerang bakau. Ntar, akan saya bahas di artikel terpisah.

Sekilas tentang abalone. Seperti biasa, uraian gak terlalu scientifik :) Masuk dalam kelompok Moluska. Bercangkang cuma sebelah, 1 sisi. Bukan 2 bilah cangkang seperti hal-nya kerang kelompok bivalva. Kontruksi cangkang seperti itu membuat Abalone bersifat dinamis... as slow-mover. Mirip tabiat siput umum-nya. Bisa bergerak... berpindah tempat dibatasan wilayah teritori identik mukim-nya. Jadi, tidak seperti bivalva yang kebanyakan tipe statis. Bivalva kebanyakan tipe diam. Nyusup pasir atau mendompleng di media tumbuh yang dia tempeli. Sejak siklus, pola hidup-nya dimulai periodik masa larva yang terbawa arus. Berkelana terserah arah arus. Hingga menemui substrate, media hinggap . Atau ber-akhir nasib jadi santapan para ikan. Siklus hidup ala zoo-planktonic. Kutip sadur dan inovasi aransemen deskripsi berasal dari kamus Wikipedia.


abalone muda ukuran secuil upil... :) wadah Hatchery
Juvenile (larva muda) abalone juga terpola siklus daur hidup yang sama. Terjadi proses aseksual. Enyak-babe mereka gak coitus sistim kontak langsung. Senggama pisah...manual dewek-dewek! Melepaskan sel telur dan sperma di luar tubuh. Tercampur di kolom air. Terjadi proses pembuahan. Selanjutnya melanjutkan tahapan hidup berikutnya. Di habitat alam, juvenil nempel media apapun sebagai sarang hinggap. Pakan favorit adalah algae. Selain itu secara spesifik abalone punya kemampuan mimikri, alias penyamaran. Hidayah sepadan lah!... karena tipe penggerak pelan. Mirip bekicot gitu. Survive cara hindar gak mungkin nyingkir jauh... tapi mengandalkan rupa cangkang yang terpoles lumut laut atau padani rupa ganggang. Bersimbion mutualism dengan khas teritori. Secara visual saat kita diving, abalone susah dideteksi cepat. Kecuali terlihat dia lagi bergerak. Slow motion, hanya secara kebetulan terpantau. Saat kita tekun observasi biota benthic. Tipe mahluk dasaran.

Juluk lain, orang bule namai ear-shell. Kerang kuping karena serupa bentuk. Bener juga sih.., tapi justru istilah ini bikin saya geli. Saya anggap inilah kerang tipe pesolek akut. Gimana tidak, si "kuping" ini telah ter-modifikasi nyeleneh. Dilengkapi plong 'tindik' sebanyak 7 biji. Hahaha..., janggal banget klo di translate basa indo kog jadi kerang mata tujuh. Mestinya secara english harus di ubah. Biar keren... "the Seven pierced Ear-Shell".. trus di alih bahasa jadi Kerang tindik Tujuh. Kog bisa jadi mata 7/ seven eyes?
Hehehe... padahal abalone punya perangkat dwi-netra sebagai alat penglihatan lazim. Beda dengan kerang tipe bivalva yang hanya mengandalkan sensor gerak. Direspon secara stimulan pencitraan obyek yang di eja dan diterjemahan mandiri.
Inisial yang simpel lagi. Versi indonesia belahan timur... kerap di lontar ucap para nelayan bajo. aka Kerang Balik Batu. Yah sesuai juga! Sebab secara habitat abalone suka nempel di balik gumpalan karang. Tabiat doyan sembunyi. Entah apa karena mereka sensitif terhadap over bias cahaya terang. Sehingga harus ngumpet. Jika gitu alasannya, abalone termasuk kategori nocturnal. Hewani aktif di malam hari. Hidden-stoney Shell.. , liat! betapa ngawur dan berantakan-nya jika ada translate antar bahasa sak enak puser yang bikin. Batu yang dimaksud awam kita adalah karang... bagi bule adalah hewan. Bersimbiosis menghasilkan zat kapur sebagai bahan baku utama pembentuk struktur tubuh, ber-aneka bentuk di ekosistem terumbu. Mana-mana mau dah... yang penting mudeng!
Tapi boleh juga kog. kelak, inovasi peribahasa khas bilang jika memaknai orang punya maksud tertentu atawa niat selubung. boleh ganti... DULU : ada udang dibalik batu. KINI : ada kerang di balik batu.. :) 

Pangsa konsumen 
Penyuka kuliner favorit sapa lagi kalo gak China, Jepang, Taiwan dan Korea. Ada berbagai macam sajian menu. Tapi konon tetap nikmat disantap mentah, ala sashimi jepun dengan colet pasta wasabi. Bahkan cukup di telan setelah di kecrut-in iris jeruk nipis. Penetral sengat bau amis. Ada informasi menu abalon termasuk kuliner eksotis. Menyamai sup sirip hiu dan seduh sup sarang burung walet. Mahal katanya....
Pantauan yang pernah dulu saya liput ala kadar. Bahwa memang ada permintaan dari pihak pengepul. Nelayan mencari demi tambahan sulam rupiah. Per-kilo sekian... sekian. Tapi rasa-nya gak juga menyamai harga sirip hiu. Apalagi harga sarang walet. Relatif mungkin... harga tinggi juga dijual lanjut pada eksportir. Sama halnya ketika kulit abalon pernah di order khusus sebagai bahan kerajinan. Sempat saya melihat rekan yang punya bisnis abalon, terima tanpa cangkang. Alias daging doang...., tapi kondisi kering. Artinya dalam kondisi gak fresh-pun tetap ada penampung. Apa khasiat-nya belum juga saya pernah tau.

Daging laku. Cangkang-pun juga digemari. Para shell kolektor juga menyukai abalon karena pola warna-warni yang ada di balik sisi dalam cangkang. Beberapa kerajinan mozaic yang memakai bahan kulit abalon juga bermunculan. Terutama di kawasan wisata basis pesisir. beda dengan tone warna kerang mutiara. Abalon corak warna lebih dominan hijau-biru dengan efek pantul ber-spektrum. Hanya harga per-kilo cangkang abalon lebih mahal dibanding kulit kerang mutiara. Sekalipun ke-dua biota sudah mampu untuk dibudidaya dengan pola intensif. Dulu kulit mutiara seperti gak digubris. Karena tujuan utama budidaya kerang mutiara adalah menghasilkan perhiasan butir mutiara. Menyisipkan nukleus padat bulat, sehingga sejalan waktu akan menghasilkan mutiara super. Bulat sempurna dan berat 3 gram keatas menjadi stok pangsa ekspor. Daging dan kulit jadi residu gak bernilai. Daging di ganyang karyawan silahkan... Kulit di tumpuk berantakan.

Tengok juga industri horologi, perarlojian dunia. Dikuasai 2 negara besar Swiss dan Jepang. Ada karya arloji pada dial  memanfaatkan kulit cangkang kerang. Istilah yang umum disebut "mother of pearl". Hanya belum ketahuan persis-nya yang dipakai jenis kerang mana. Apakah kerang mutiara tipe bivalva? atau ada jenis lain. Perihal oyster, bahkan nama besar produsen Rolex mengeluarkan seri spesies khusus, Rolex Oyster. Andil apresiasi biota terkait, barangkali.



Balai benih Loka-Budidaya Sekotong, termasuk instansi  sukses mengembangkan riset dan regenerasi abalon. Artinya bagi masyarakat, ada alternatif meniru dan jiplak tehnologi yang sama. Tidak lagi memungut hasil dengan cara menggantungkan pada alam saja. Saling kejar target rekrut berlebihan dengan tanpa di imbangi upaya pelestarian terhadap biota yang berkembang sangat lamban.
Membuka peluang usaha baru. Demi meningkatkan taraf hidup komunal pesisir. Mau sebagai pemilik usaha, joint venture. Atau-pun memberi lahan opsi pekerjaan bagi warga dengan beda konsentrasi usaha. Atau memang mau fokus geluti usaha.
Relevansi dari kunjungan awal ini berlanjut dengan kunjungan khusus pemilik restoran Jepang yang ada di Bali. MoU digadang-gadang sedang disepakati 2 belah pihak. Jadi, bagi instansi tidak saja mampu meriset dan sukses me-reproduksi abalon. Namun membuka peluang kerjasama bisnis efektif. Yang menjadi poin menarik dari si investor Jepang. Balai LoKa Budidaya Sekotong telah mampu melahirkan paritas abalon jenis baru. Hasil persilangan antar 2 spesies. Bravo....  semoga tidak terhenti sampai disitu saja.   



Dokumentasi foto dari beda size abalon yang ada di balai Benih Sekotong.

size 6mm

size 25mm

size 40mm populasi padat

size 50mm

size 70mm... mature abalon

abalon ter-unik...narsis genit, seolah bilang... aku mirip apa hayo???


 

Senin, 19 Agustus 2013

apa kata nurani...

 Bait satu :

and if I still left in yours....
call me out from the rest of memories
art of missing... as a part of blessing

** rasa kehilangan sebagai bagian rindu yang diberkati.
if U don't mind.... never mind.


 

Bait dua :

ada-mu partikel hawa... menguap janji fana
derai hujan yang menggantung kelam mendung.
melankoli simbolis.. kadar paruh hati.

dan 2 ada(m)-mu
wujud buncah kutub kalut
berbilik acak.. huruf-angka.
labirin statistik!!!
perani Angin...titip hantaran Ingin.

pada mana berpaling....
tentang rapuh-nya hati abadi....,




Bait tiga : 

Iya-yah!
aku memang pernah singgah barang jenak
nangkring simpang muara... menemani alih senja-mu
berkicau parau ala KingFisher
Ketuk dinding hati bak Caladi
Bahkan sempat acuhkan jelma harap
'tidak beranjak pola Merak'

Hadir ajak kamu bermain
ukir jejak keriangan, lintas jatah kwartal musim
lalu terbang... demi misi migrasi

Tanpa kesan pisah
santun tandang nagari... puan-puan jiran
Kelak taut titik temu
di tapal batas , serambi Furqan. 




Bait empat :

mesti-nya, kamu tiba dengan gembira....
bukan tergopoh, bopong sekeranjang penuh kekesalan akut.
over-load... gejala Obesitas stadium lanjut.
kenyang wejangan... kuping bengkak, radang advis.
masuk telinga kiri... keluar bisul, pantat kanan.
Masih saja kamu bertahan.

Bahkan acap,
ajak aku pilah fenomena.
bahwa ini semacam paket Cinta..

kamu unjuk ..., siap-saji.
show-off... heharum kasturi
dibumbui parfum asmara...
dimantrai senda gurau rasa..
menyentuh paras tubuh, 

tapi...,
tidak melibatkan peran hati



dan jika aku tak geming
knapa harus ambil hati
Linglungkan diri... 

larut pada kalut kreasi sendiri
di kurun dasawarsa akhir.. 

  

Senin, 12 Agustus 2013

B/W of me



Ini foto dokumentasi kisar tahun 2008. Draft artikel heng. Belum rampung. Tanpa ba-bi-bu... gak ada cantum pokok pikiran dan penjelas. Seperti ulah belakangan klo ada ide lewat datang. Gak sempat lama cengkrama display laptop. Kiat-nya, saya imbuh catatan kecil, selain Judul utama. Biar ntar nyambung amunisi opini yang mau disiap-saji. Menu buah pikir.
Entah mau paparkan kisah apa. Nyantol saja di list draft bareng gelintir cikal-bakal artikel lain.
B/W of me...hem, sekilas mungkin ungkapan tabir kehidupan hitam-putih yang saya lalui. Coba runut jejak :) Lembar olahan hidup. Kiprah di hampar bumi duniawi. Bait paragraf... jilid pustaka hidup. Baik telaah individu atawa dalam peri kehidupan keluarga. Dan sosialita lain. Kali ke-2 di titipi amanat bocah laki. Inisial Fathir Ahnaf. 
Bergulir waktu di taon 2013. Gak nyana sudah masuk 5 tahun. Masuk TK. Bahkan sudah di-ikuti kehadiran 2 adiknya. Kwartet junior. Selang-seling cowok dan cewek. Berarti saya jama'ah setia program pemerintah. Akseptor KaBe. 2 pasang anak cukup. Sebagai hal lain yang patut saya syukuri. Peran ortu... silabus sandang titel ayah. How's a life comes with variant attributes. Betapa ringkas waktu... Betapa rugi bandar, jika tidak dimanfaatkan se-optimal mungkin. Tang-tung.. tang-tung...tang-tung.... ber-kiblat preambule wal-Asri.

Berselisih hitungan hari dan bulan di 2013. Hasrat dadak raib. Serambi gala-aksi jadi minim konten. Gak berdaya publikasi sama-sekali. Ogah-ogahan nulis. Malas pangkat kuadrat! Kentara banget di deret annual daftar arsip. Dapat saingan update status instan. Postingan lugas di wadah facebook. Cukup bubuhi kalimat penjelas pendek. Pajang foto tunggal, atau beruntun format album. Tanpa perlu mengembangkan jadi plot kronologi cerita. Padahal sisi lain, justru itu kans kebiri abilitas lebih intens melatih olah kata. Asah dan permak gaya tulisan. Baur frase dan prokem.

Mendandani kata-kata.... teringat cuplik singkat. Queto seorang rekan, jabatan penulis akut. Weeeiiiits........., Padahal aseli-nya nyerocos. Tapi dibantu kinerja tarian jemari. Salurkan ampas benak. Ngeden... bak tarikan gas penuh. Sampek keluar otot biru di pelipis. Eh, keluar-nya segitu-gitu aja. Kurang nutrisi dan asupan vitamin bahan kaji. Minus rujukan wacana pembeda. Logika mampet.... fantasi ngadat. Fluktuasi lumrah lah!


Rabu, 07 Agustus 2013

Salam Lebaran




Obral salah dan khilaf
semoga Kita menjadi Fitrah
salam bagi pengunjung dan pembaca Blog 
Berbaur rupa warna semoga menuju hakikat putih.
Takabbalallahu minkum... minna wa minkum
Takabbal ya Karim.
Sejahtera cahaya islamiah

Selasa, 06 Agustus 2013

mengulas Pink Beach - Lombok

dimana pasir di pijak... disitu kaki berpihak
Pantai Pink?... ah! dimana yah pantai pink di Lombok? Gumam itu acap merongrong saya dipertengahan tahun 2012 lalu.
Saking penasaran saya coba konfirmasi seorang rekan profesi guide wisata. Dimana sih keberadaan pantai yang saat itu menjadi trending topic kunjungan eksotis di Lombok. Mulut ke mulut.. dan sentuh rana maya, bilik internet. 
Konon kata, tempat ini baru ditemukan. Begitu gaung edar beritanya. Berlokasi di wilayah Lombok Timur. Mendadak saya jadi keki. Masak sih, sudah sejak tahun awal 90-an, pernah enyam jadi kuli rana wisata, kog sampe gak tau eksistensi wilayah sendiri. Hmm... gumam gantung... sisakan residu penasaran tingkat advance! Serasa daya avonturir di kebiri. Kelayapan-mu belum tuntas...,

Pokoknya satu jalur arah Tanjung Ringgit. Gitu papar singkat si kawan. Oh, I see. disambung kalimat kontradiktif, but I never seen it before,too. Belum sempat anjangsana, katanya. Yah santroni Tanjung Ringgit sih sudah lama. Tapi di-komplek mana? Memang gak semua spot daratan kami masuki. Lantaran saya pernah alami kerja bidang laut dan pesisir, mestinya ada peluang tau. Ah! biar mudah saya rekonfirm rekan senior RDC (Rinjani Diving Club). Paparannya dilalah, tempat itu memang ada. Cuma dulu tidak dinamai pink beach. Dulu taon 90'an kan pernah kita jadikan lokasi perayaan pergantian tahun baru. Poko'e inget kejadian waktu Arnawe ilang keseret arus. Yah! saya gak ikut masa itu. Cuma kebagian porsi dengar. 
Arnawa sosok hinduist keturunan kasta Brahmana. Pada upacara keagamaan menjabat resmi sebagai pedande*. Saya akrab ketika masih jaga konter dive di hotel Intan Laguna, Senggigi. Lintas alkisah, saat pasukan RDC tiba di lokasi camping ground. Arnawe bergegas lucut baju, ganti swim-suit lantas nyebur laut. Dia lagi ketiban senang. Baru di-hadiah kasur apung dari kenalan turis di hotel dia bekerja. Gak ada yang nyana, acara yang mestinya suka ria malah terselip khawatir. Arnawe hilang dari pandangan dimana dia tadi terapung. Raib terseret arus. Tipikal ceruk dan ujung tanjung disana memang berpeluang punya tabiat arus agak kwenceng! Apalagi letak geografis bertaut langsung celah selat Alas. Ada deskripsi singkat, Arnawa berjuang sendiri tengah laut. Nyaris kelenger. Bertahan hanya andalkan kasur apung yang bocor! Mesti survive meniup, berkali-kali kasur apung andalan. Gak kebayang tersiksa rahang...dan ujian bagi elastisitas kembung pipi. Hwehehe.....,
Syukurnya, dia ditemukan seorang nelayan yang kebetulan lewat. Sepulang melaut diantara alur lintas selat Alas*. Lemah tak berdaya Arnawe dipungut balik ke pesisir Lombok. Mengenang kejadian itu belakangan ada juga kreatif usil. Dibikin kaos Club limited edition, sablon tagline simpel... bertuliskan "Don't Happy... Be Worry". Memoar of Arnawa.

Biar mudah identifikasi lokasi, sengaja saya sertakan foto intipan google-earth. dan foto pribadi pendukung lain. Via intipan framing citra satelit kian gamblang. Adapun secara status wilayah Administratif, pantai Pink merupakan bagian dari desa Sekaroh. Termasuk cuil bagian  kecamatan Jerowaru. Juncto, irisan lahan besar dari kabupaten Lombok Timur.

Foto penampakan penampang wilayah desa Sekaroh. Dari sini bisa terlihat bahwa bagian "komplek" pulau lombok inilah yang merupakan wilayah spot Pink Beach berada. Bersanding beberapa spot lain dengan penamaan beda. Telusur jalur lingkar pulau trek paling kiri atas, pantai Sabui (teluk Sabui), lalu terlihat pulau kecil dinamai gili Petelu. geser timur terdapat pantai Pink dengan 2 jorok ujung tebing. Orang lokal disini menamai Temeak (lafal ujar TErasi-MEbel-AKsen). Sepanjang garis pantai warna cerah itu juga disebut pantai Tangsi. Bukan merujuk pada relevansi bahwa disitu ada peninggalan meriam, or eks wilayah pertahanan pantai tentara Heiho di era PD2. Tapi disinyalir sejak adanya alokasi pembagian tanah jatah transmigran para serdadu TNI-AD. Mestinya dijuluki TransAD (Transmigrasi Angkatan Darat), dipelenceng sebutan mudah Transat. Lalu curva ujung pulau dinamai Tanjung Ringgit. Hingga menyusuri ceruk luas  dibawahnya. Sedangkan digaris pantai putih bawah dinamai pantai Beloam/ Bloam Beach. Kawasan pantai yang kini dikelola sebagai private-resort sub-management hotel Jiva-Klui.
Pantai Pink diapit 2 corok tebing karang. Garis pantai tidak lebih dari rentang 1 Km.

Tuh! saya lagi nangkring di ujung jorok tebing sebelah barat pantai Pink. Disini persisnya spot yang dinamakan Temeak. Secara fisik tanah merupakan kontur bebatuan kapur. Alias eks gugus terumbu karang mati yang terangkat ke permukaan sebagai akibat pergerakan induksi lempeng kerak bumi. Baik di kedua ujung 2 tebing yang mengapit pink-Beach, kita masih bisa menemukan bertebaran bebatuan eks karang. Jadi, kawasan ini sebenarnya nuansa Geo-wisata masih kental. Bukan hanya sekedar dinikmati secara panorama darat dan laut saja. *BACK GROUND gunduk pulau kecil dikejauhan adalah Gili Petelu.

Pink Beach Edisi Kini
karang merah lebur partikel berbaur dengan pasir putih punya
efek pink glitter. Fisik-nya menyerupai kue sarang semut. Berongga halus
Awalnya banyak kontraversi perihal eksistensi Pink-Beach di Lombok. Rebranding ini terlihat terlambat sekaligus  mematik fenomena tersendiri. Bahkan saat itu, pertengahan tahun 2012 banyak orang lokal yang masih kernyit dahi. Tanda tanya....., 
Oknum enyam rana wisata juga bahkan dibuat runyam. Karena sebelumnya pamor "Pink Beach" mencuat lebih dahulu di blok timur, kawasan pulau kecil (gili) di NTT*. Terletak di teluk Sape, tersisip diantara celah 2 propinsi, NTB dan NTT. Spot sebelah timur NTT merupakan komplek dengan banyak pulau. Tidak lagi disebut dengan julukan gili seperti penyebutan ala Lombok. Saking banyaknya pulau, jadi tidak terpantau nama khusus.
Perama, land sea adventures..
Dikawasan ini lebih dikenal dua pulau besar, Komodo dan Rinca. Teritorial mukim endemik kadal purba pelosok timur, Komodo. Saya sendiri punya rekam jelajah di tahun 2002. Saat gabung dalam pelatihan Selam untuk komunitas lokal di Labuan Bajo. Kerjasama TNC dan Yayasan JARI. Saking banyaknya pulau, TNC (The Nature Conservancy) mempunyai agenda pengamatan rutin di 185 titik yang tersebar di antara gugus pulau. Pantai Pink - NTT, biasa menjadi areal zona singgah nelayan kecil. Pamor-nya terangkat ketika gencar di promosikan oleh beberapa operator pelaku wisata cruise. Paket wisata pelayaran yang menjual stok estapet antar nusa, dan berakhir di Rinca atawa pulau Komodo. Ada yang starting awal dari Bali, Lombok dan Pelabuhan Sape (Flores), notabene ujung pulau timur pulau Sumbawa. Tergantung opsi wisatawan yang pilih rute trip laut. Pilih durasi tempuh lama atau lebih singkat. Pelaku program sea-safari dari Bali-Lombok-Flores dirintis lebih dini oleh Perama Tour. Dari mereka-lah, ekplorasi wisata tematik kepulauan ini dilakukan. Beri efek berantai bagi pelaku wisata lain yang bermunculan kemudian.

Belakangan pantai Pink - NTT berubah inisial lagi jadi Pantai Merah. Sejauh pengamatan sejak mulai rebak pengajuan status 7 keajaiban dunia untuk versi situs natural di belahan dunia. Status pulau Komodo mulai tanjak rating. Membawa imbas pada gugus pulau disekitarnya. Terlebih sejak mulai dijual paket khusus fotografi. Gejala awal demam DLSR merebak harga friendly, tipe low-entry. Pantai Merah menjadi pulau "eye catching" sebagai sasaran obyek jepret dan wajib kudu di kunjungi. Fotografer domestik bermunculan drastis bak cendawan musim hujan. Bagus sih! sekaligus dampak positif bagi intens promosi stok potensi alam negeri sendiri. Pro-aktif dari para treveler merangkap blogger.
Dekat momentum itu pula Pink-Beach versi Lombok naik pamor. Hal ini sempat menjadi informasi simpang-siur. Seperti saat saya coba googling. Ada blog bule yang pernah coba ulas. Tapi karena berdasar sekedar bahan wacana copy-paste, malah jadi salah kaprah. Pantai Pink NTT dikatakan ada di Lombok. Lho kog??? Ternyata dia belum pahami zonasi peta, mana West Nusa Tenggara dan East Nusa Tenggara. Dan dia analogikan berdasarkan rute tempuh paket wisata antar pulau dari website Perama. Poin starting dari pelabuhan Kayangan Lombok - berakhir di Labuan Bajo-Flores. Mampir pulau diantaranya pantai Pink (notabene pantai Merah. Di-kira masih satu propinsi. Weleh! masbro bule... negeri kami itu nusantara alias archipelago. Beda kawasan ya beda tertib administratif.
Bak info semrawut.. benang kusut. Alih-alih saya coba urai benang Merah-nya. Latar belakang kisah akurat apa sehingga pantai Pink NTT menjadi pantai Merah. Gak ada titik terang. Hanya benak saya mulai susun kontruksi berpikir sederhana. Alibi sekaligus asumsi dangkal. Medio 2012 pantai Pink Lombok (NTB) adalah rebak trending topik. Gak heran sih! sebab tahun 2012 merupakan canangan progam tahun spesial. Ditetapkan pemprop NTB sebagai ajang "Lombok-Sumbawa Promo 2012". Saya pribadi tengarai ini semua akibat rekayasa getol dan "geliat dadakan".Telat memberdayakan stok wilayah sendiri. Seolah selubung pesan singkat. Eh, pemirsa... kami juga punya loh pantai Pink. Ayo mari kemari... silak mampir.
Dan entah apakah ada akad tertentu antara kubu tourism-board antara 2 propinsi. Ujug-ujug, abakadabra. Plat resmi inisial spot wisata sudah terbagi. Pantai Merah di NTT... pantai Pink di Lombok-NTB. Mudahan mencerahkan....,

Sky..Sea & Sand...my nephew between the lines!!!
Fisik pasir pink Beach...,
Jika pelotot detil. Rupa pasir di pink Beach Lombok memang unik. Butiran pecahan karang putih lebih halus dan didominasi partikel (halus pula) pecahan karang merah, seperti inset atas. Efek glittering akibat terpaan surya menjadikannya pukau warna merah muda.
Agak beda dengan rupa pasir di belahan sepanjang pesisih selatan Lombok. Dominasi butir pasir merica. Padahal kalau di telisik pecahan halus karang merah-pun biasa ditemui di manapun. Notabene pesisir Lombok selatan. Hanya prosentase campuran agak minim. Terbukti ada pula artikel lain dari penulis blog asal Lombok yang menemukan fenomena warna sama di sekitar Pantai Induk, Lombok Barat. Bahkan saat saya kongkow di selasar pantai Pemalikan bagian sekotong. Pantai disana sekilas tatapan mata biasa memang putih. Tapi gambar hasil kinerja rekam lensa menjadi beda. Bisa jadi efek bias UV. Warna pink ada disekitar garis batas pecah ombak. Dilevel atas warna pasir tergradasi lebih kelabu. 


Status Kawasan & Tata guna lahan
papan penunjuk arah ala kadar-nya
Kurun awal tuju tengah tahun. Terbilang sudah 3 kali saya kunjung Pink Beach Lombok. Pertama kali saat bertepatan maulid Nabi, 24 Januari 2012. Link dokumentasi. Bergegas pergi, usai hajat ikutkan putra saya di acara khitan masal, di Kampung Melayu - Ampenan.
As soon as possible, mengingat gelagat cuaca mudah berubah saat siang. Dominasi mendung. Cukup durasi tempuh 2 jam dari Mataram. Gak bisa ngebut. Soalnya jelang masuk pecah simpang desa Pemongkong dan Sekaroh, rupa aspal mulai bopeng parah! Medan off-road. Tapi tetap tidak mengurangi minat kunjung para remaja asal sekitaran kota kabupaten & kecamatan, Lombok Timur. Rombongan ABG meliuk ikuti trek rupa aspal lama..makadam..lumpur dan debu. Semata demi pink-beach. Tunggang Avanza , jarak yang kurang 20 kilometer ternyata cukup sita waktu. Ada juga seliweran mobil lain. Sambil laju pelan saya mulai merekam visual ala rapid observasi. Gamblang baca plank yang tertancap di lintas alur aspal.  Wilayah ini tampaknya pernah menjadi pengembangan zona pertanian intensif lahan kritis. Notabene areal rawan pangan karena krisis air. Alur bantuan lembaga GTZ. Lebih nyusup ke dalam, zona hijau mulai ditumbuhi vegetasi ber-pola tanam rapi. Terlihat pernah jadi lokasi penghijauan. Terbukti status kawasan menjadi zona konservasi. Ada tancap plank besar BKSA. Tidak ada jenis tanaman produksi buah. Mungkin menyesuaikan jenis lahan. Dipilih jenis vegetasi yang mampu beradaptasi lahan kering. Minimal mampu bertahan dalam pergantian alih musim penghujan. Jadi terlihat dominasi Sengon. Ada tegakan Nimbe, debut lokal menyebut alias lain pohon pak Karno. Gunduk lahan perbukitan kiri aspal banyak juga ditanami pohon Jambu mete. Ada juga sebilah komplek tanah tertancap rapi tegakan Akasia. Ketinggian tajuk sama identik dengan pola tanam serempak. Selebihnya ya didominasi ekosistem semak belukar. Majemuk.. hiterogen, termasuk bantenan. Vegetasi alamiah paling juga ada asem dan bidara laut.
Tiba lagi pecah simpang. Tertancap petunjuk arah lurus Tanjung Ringgit dan Pink Beach 3km. Aksi reboisasi disini ditandai marak pohon jati super. Arah kiri merujuk ceruk teluk yang dinamai Tanjung Segui. Lafal lain menyebut Sabui. Agak nelangsa rupa lansekap di gunduk bukit yang langsung menghadap singgung laut. Begitu banyak warga buka lahan. Jagung menjadi bibit primadona tepat masuki musim hujan. Petak dengan variasi luas lahan. Tapi sisi riskan, ada sedikit lingkar pantai putih (mungkin jg pink) yang beranjak legam. Akibat proses tertimpa laju sedimentasi pembukaan lahan diatasnya.

tanjung Sabui, banyak spot pulau karang. lokasi ranch kerang mutiara
Hingga ujung aspal tanjung Segui kami jumpai Bangunan besar perusahaan mutiara. Yah, saya langsung ingat. Di tempat ini dulu, tahun 1998 kami pernah dapat pinjaman fasilitas speed-boat untuk dukung aktivitas survey pesisir. Hihihi...., kenangan lama terbuka begitu tiba dan tatap langsung. Ada 2 komplek bangunan perusahaan mutiara disitu. Salah 1 atau mungkin kedua-nya adalah milik investor Jepang. Berdiri dan berkembang sejak awal tahun 90-an. Sekaligus kami terkekeh. Banyaknya inisial nama lokasi yang beredar. Saya beralibi setengah yakin. Inisial tanjung Segui berasal dari bahasa jepang,Sughoi. bermakna hebat. Namun penggunaan umum adalah terlontar saat mengagumi sesuatu. Bahkan surprise atas hal yang layak di apresiasi. Bisa tempat maupun kondisi.
Lha iya toh! gimana gak indah. View disini terpapar eksotis. Pasir cerah, air jernih. Tanjungan dengan beranda alami berupa tonjolan cadas karang tajam dan purba. Berceruk teluk kecil dengan perairan tenang. Menjanjikan lokasi ranch line apung ideal bagi padepokan gantung, kerang-kerang mutiara. Sangat strategis. Lagi! di garda depan teronggok pulau mungil, gili Petelu. Telu memaknai 3 gili kecil. 1 gili agak dekat pesisir pulau induk. 2 lagi terdemplot berdampingan, agak jauh di tengah teluk. Dwi-gili ini sangat khas dan beda rupa. yang ukuran besar ditumbuhi vegetasi khas. Yang size kecil hanya berupa pulau karang dan rimbun semak. Saat surut rendah keduanya menyatu. Tapi saat high-tide terpisah. Bagus pula untuk point snorkling. Kilas balik, disitu pernah kami lakukan rapid visual sensus pakai SCUBA. Cacah pertumbuhan karang dan biota ikan. Perairan tenang dan visibilitas aduhai. Hanya sangat riskan di ujung sisi gili terluar. Arus mendadak berubah. Laju arus luar biasa kencang. Wajar, tabiat khas dari perubahan bentuk topografi. Perpaduan tipikal pola arus tanjung-teluk dan selat. Rekan kami toh sudah pernah jadi korban. Pesan sponsor : cukuplah berkiblat pengalaman orang lain. Kecuali anda tergerak jadi Next current's victim.

Catatan penting. Jangan pernah berharap dapet poin snorkling dengan suguhan terumbu yang cantik disini. Semua kategori rusak berat. Hanya menyisakan spot-spot rubble*. Kalaupun ada hanya berupa noktah kecil. Paling edisi terumbu karang yang baru tumbuh. Proses adaptif dan rehabilitasi alamiah. Soalnya sejarah mencatat. Dasawarsa tahun 80-90 tabiat nelayan disini sangat identik ilegal fishing. Bombing. Bahan peledak cukup mudah didapat. Karena Tanjung Ringgit menyimpan banyak wreck*, battle ship eks jepang yang sempat berkuasa masa PD2. Peninggalan meriam masih ada. Dan menjadi situs sejarah. Wreck tadi kebanyakan telah dijarah diambil jadi besi kilon. Karena masa perang muatan-nya banyak amunisi peluru dan senjata. Serbuk mesiu asal amunisi itulah yang digunakan sebagai bahan peledak cari ikan oleh nelayan. Sayang, karena merupakan rentet situs,bukti dan saksi  sejarah yang terpendam di bawah perairan. Padahal relevansi histori itu yang bakal memiliki nilai berharga.
Bangkai wreck itu kebanyakan nyungsep di kedalaman 50-60 meter. Ini nurut pengakuan beberapa penyelam alam (hookah) lokal. Secara pribadi saya ogah urusan diving di kategori red-zone. Resiko tingkat tinggi. Cuma terus terang masih digayuti penasaran akut. Pada kemana jajaran kapal fregat Nihon?. Yang konon di kamuflase, sengaja diledak lalu karamkan? Memang sih ini sekedar obrolan sambil lalu. Cas-cis-cus... biang nguping di antara kisah para pemburu harta karun. Menyambung regulasi konon dan syahdan. Cobalah menyusun kerangka asumsi dan investigasi sederhana. Kalaupun ada negara dengan kapasitas maju. Eks pelaku kolonialisme...katakan lalu tergerak demi tuntutan konsesi politik etis. Menyalurkan dana bantuan berupa CSR dan alur tanam investasi jangka panjang. Secara kebetulan dipilih lokasi strategis dekat pantai or pelabuhan pakta pertahanan eks masa penjajahan era bahula. Perihal harta ghanimah yang gak sempat diangkut pulang. Akibat negara berantakan di ganjar bom Atom tentara sekutu. Rehabilitasi paska perang... idealnya ya tetap punya pundi-pundi tersembunyi. Kedalaman samudera memang paling tepat untuk jadi Bottom-Bank. Layer dasar yang gak cukup sekedar intipan snorkeling.  Gak terpantau... toh paling hanya permukaan laut saja yang bisa di nikmati. Oleh kalangan awam. Hihihi.... jika kelak bisa dipanen. Sejalan riset dan tehnologi mumpuni yang menyertai. Berapa nominal total jenderal? Ah, sudahlah.. anggap kedar kecamuk kosmologi pikiran ngelantur.


Back on trek article...,
Kunjung perdana ke Pink-Beach ini bukan sekedar penyembuh rasa ingin tau. Tapi memang ada misi survey lokasi. Dampingi ajakan rekan akibat ada keinginan orang asing (jepun lagi). Mukim di Bali yang tergerak pingin punya lahan di pink-beach, alias pantai Tangsi... wal Sekaroh binti Temeak. Terbukti bahwa tempat ini sudah bikin banyak orang kepincut. Entah sekedar penasaran.. tujuan pelesir hingga investasi. Seperti halnya, pantai Bloam yang sudah dikelola lebih private oleh Jiva-Klui. Setelah melihat fisik terlahir, betapa pendeknya garis pantai. Tidak lebih dari 1 Km. Lalu mau berapa oknum yang bakal tergerak patok lahan di areal terbatas itu. Kontras dengan Pantai Merah-NTT yang merupakan bagian dari sebongkah pulau. Secuil lahan yang demi peruntukan spot wisata. Akankah tergadai. Demi pariwisata kerakyatan atau industri besar pariwisata. Ditimbang-timbang... berat mana??
rupa turunan jalan masuk menuju pantai Pink
Dari lintas aspal compang-camping di punggung bukit. Ntar ketemu portal bambu, rangkap fungsi gapura "selamat datang" masuk pantai Pink. Welcome banner ala kadar, dengan tiket masuk Rp 10,000 untuk mobil. Alur akses menurun terjal dengan sudut ekstrim 35 derajat. Masih berupa gerus gak rata hasil garuk eksavator. Bisa jadi dulu-nya ini cuma  alur setapak yang kini diperlebar sejalan perkembangan promosi terlampir.
Jika hujan. Sebaiknya parkir dipelataran atas saja. Selanjutnya, anda harus pilih jalan kaki kebawah sana. Lumayan olahraga sekitar tempuh a half kilometer. Mending gitu daripada resiko jalan licin... belum lagi berpapasan antara mobil yang naik atau turun. Cukup was-was meredam pijakan gas dan rem. Leleh keringat.. pegal betis-paha.
Sementara petugas jaga portal belum mahir atur lalu-lalang lintas kendaraan. Dan mereka gak terbekali alat komunikasi ideal. Kebangetan juga stake-holder pengembang wisata disini. Berapa sih harga sepasang HT or walkie-talkie? Jadi harap maklum saja. Pengecualian kalo bawa mobil standar 4X4. Libas saja semua kondisi miris tadi.
Seperti jeda seminggu kemudian. 1 februari 2013 saya anjangsana kembali. Kali ini sekedar penuhi hajat rekan lain. Iba terhadap bocahnya. Nimbrung obrolan kelas gak ngeh lantaran teman lainnya bercerita soal keindahan pantai Pink. Ajakan mendadak itu saya penuhi, dengan syarat wajib pake Ford Ranger milik-nya. Bukan persoalan cari nyaman or ajang narsis-najis. Hanya menyesuaikan kondisi medan dengan daya tangguh off-road vehicle. Paling tidak saya bisa memberi balansi testimoni akurat. Bukan sekedar wacana copas.

Rupa pantai pink dijepret dari ujung jorok tanjungan sebelah timur. Belum ada bangunan resort apapun
kecuali tampak 2 bangunan bungalow milik warga asing. Lahan itu konon sudah dibeli. Sedang di ngarai bawah kiri, terdapat 3KK pemukim.  Latar muka tampak bebatuan yang terserak dan menancap di punggung tanjungan bukit. Kebanyakan berupa fosil karang yang mengeras.

Sampel batu yang saya pungut. Sekalipun sudah mengeras, tapi terlihat jelas pola alur dan motif dari asal jenis coral tertentu. Mengeras sebagai proses fosil. Note : di daerah Lombok tengah, sekitar kawasan teluk Awang dan Kuta. Saya pernah menemukan perusahan lokal rumahan yang memproduksi tegel/ubin dengan bahan batuan fosil karang ini. Di iris sesuai standar size. Lain lagi dengan asal batu yang sama, hanya serat batu lebih empuk. Kekerasan pembentuk unsur batu lebih rendah. Diukir berbagai bentuk dan menjadi komoditi bahan kerajinan pokok. Lebih dikenal dengan kerajinan Batu Paras


Fishing ground ideal....,
Tohri, profesi utama Instruktur Selam PADI. Masih komplit dibungkus bike-suit.
Menggeluti hobi sepeda tapi giliran ajak mancing ekspresi konsentrasi gak ada.
Terlihat gaya pegang joran...lebih mirip pegang tongkat manula. Efek psikologi
benar membuktikan. Sudah tekun diving...bukan berarti antusias memancing.


Kunjung ke-3, saya lakukan tanggal 2 Maret 2013. Ini-pun lantaran keputusan mendadak dari rekan pemrakarsa ajakan ke-2. Sabtu pagi kami melakukan aksi Biking singkat sekedar putar lingkar pinggiran kota Mataram. Acara ini bikin kesal. Rekan female karena tumben mancal langsung keok. Rekan senior lain maksa ikutan tapi bikin aktivitas in-hurry. Maklum jabatan KepSek, ada porsi tanggung jawab hadir tempat tugas. While, kawan lain patah hati. Postur tubuh besar-nya masih nuntut olah-fisik jatah lebih. Sampai kudu dibayar extra muter lahan jalur kompleks perumahan dan beberapa lintas blok. Hahaha... memang susah koordinasi oknum penggiat hobi jika berangkat dari beda niat, alokasi waktu dan kesiapan stamina. Saya sih oke-oke saja. Sebab sudah terpola rutin dengan aktivitas biking di kurun waktu terakhir. Hanya ketiban kecewa... masak cuma segini saja segmen porsi aksi outdoor? Gak asyik!....,
Berkutat di rumah temen female yang jadi posko. Suami-nya terlihat anteng jatah off-day. Bersit cetus niat. Kenapa kita gak alih mancing? Seliweran para pemancing di lokasi Pink-Beach serasa langsung sambung sinyal. Bahkan info blok Tanjung Ringgit memang terkenal jadi spot mancing tebing. Mendadak hati kami membuncah. Tanpa perlu komando pulang dan salin baju. Spontanitas memang kerap boyong warna batin tersendiri. Mumpung surya belum tanjak naik. Bergegas kwartet batangan... kami meluncur.

Kami lolos dikit arah Keruak. Sempatkan lunch di warung Arema. Sebab di wilayah Sekaroh belum ada warung yang memadai. Plus sekedar himpun baren* ala kadar untuk bekal ngemil . Lalu segera gegas kembali susur lintas aspal Jerowaru. Pemongkong...dan tiba pertigaan kiri Tanjung ringgit .. lurus Kaliantan. Ada perubahan rupa fisik jalan akses desa Sekaroh. Ternyata selang sebulan kunjung terakhir proyek benah infrastruktur sedang berlangsung. Timbunan material kerakal, batu dan onggok drum aspal. Serta golek silinder. Terpantau saat itu baru proses timbun dan pengerasan jalur. Masih pengerjaan segmen awal di 3-4 km ujung pecah simpang. Syukurlah! berarti ada keseriusan dari pihak PemKab Lotim. Memoles bopeng alur jalan 'neraka'... demi akses tuju Pantai Pink-Bloam-Sabui-Tanjung Ringgit. Menyeimbangkan tindak lanjut agenda pengaspalan alur Ekas dan pantai Surga yang sudah lebih dulu digarap. Betapa memang harus ada balansi. Memperlancar tujuan capai spot Surga dengan merombak jalur Neraka. Salut atas tindak responsifnya. Dan bisa jadi Agustus ini sudah kelar.
   
Akhirnya kami fokus menyalurkan hajat mancing. Komposisi lansekap  dan rupa pantai Pink tetap menyerupai khas umumnya pantai zona Kidul. Berbongkah cadas tajam dan selasar tebing dangkal dan tinggi. Menjorok tengah laut. Memudahkan posisi tongkrong. Kami tiba sana di selingi timbun anglers lain.
Yang jelas di sini bukan spot tepat memancing tipe pasiran. Tipikal bottom dasaran dipenuhi gunduk karang mati... dan lorong rock. Hampir semua menyukai pancing ala dasaran. Menyiasati opsi ganti pemberat timah bisa dipake batu dengan bungkus plastik. Terutama jika butuh lemparan lebih jangkau tengah. Tehnik lain yang dipakai juga mancing ala casting dan popping. Casting umum terlihat pake udang-udangan sekedar buru Cumi. Pilihan popping untuk sasar ikan target predator pelagis. Biarpun kondisi karang luluh lantak. Tapi beberapa tangkapan ikan cukup lumayan variatif ukuran maupun jenis. Ada kemungkinan laut ini kaya sirkulasi laju plankton. Subsidi dari pola tukar tabiat arus. Bahkan menurut kisah para angler, posisi di tebing belokan Tanjung Ringgit lokasi meriam, lebih menjanjikan tangkapan ikan besar. Tentunya bila tepat tiba musim. Dokumentasi link.
Paling tidak dari sekian point of interest, sudah bisa di dapat kajian nilai jual. Prospek inspiratif dan tentu di imbangi tindakan konservasi dan rehabilitasi lahan. Bukan demi keruk untung... eksploitasi habis. Dan AMDAL cuma sekedar formalitas carik kertas.
Sampe jumpa di kunjung berikutnya..... Pantai Pink. Semoga tidak ada yang sia-sia....,

Lampiran foto sekedar membedakan pasir Merica & pasir Pink Beach, khas Lombok. Pada dasarnya sama saja. kedua-nya berasal dari proses lebur alamiah bahan dari serpihan terumbu karang. Tentu beda dengan pasir hitam. atau pasir kuarsa. Yang berasal dari limpahan gunung api dan di transfer melalui lintas sungai. Dan menumpuk di mulut muara.


pasir Merica.. butiran lebih besar.


pasir Pink Beach... partikel lebih halus



NOTE :     
Pedande : tokoh agama hindu yang menjadi pemimpin jema'at perayaan ritual sembahyang di Pura.  
Selat Alas : selat yang memisahkan antara pulau Lombok dan Sumbawa.
Selat Sape : Selat pemisah antara pulau Sumbawa(NTB) dan Flores/NTT.
NTT : Nusa Tenggara Timur
Rubble : Pecahan karang. Salah satu ikon indikator pengamatan sensus terumbu karang. disingkat Rb
Wreck : bangkai kapal karam, mayoritas eks kolonial jepang di masa perang dunia ke-2
Baren : istilah lokal sasak untuk penyebutan umpan pancing.


 

Senin, 05 Agustus 2013

Ampenan & tsunami jilid 2

Klenteng (Konco) ajang bocah ngumpul berharap angpow.
Bak klimatolog mandiri....,
Sejak awal tahun, saya jadi sedikit konsen dengan tema pergantian cuaca. Cukuplah dilingkungan terdekat. Mengangkat wacana Ampenan dan sekitarnya. Bukan apa sih. Tabiat cuaca yang semacam "gak punya pendirian" belakangan ini kog makin gak jelas di prediksi. Sekalipun ramalan pihak BMKG selalu ter-update. Minimal bisa menjadi panduan antisipasi terhadap peluang bencana. Para nelayan jadi ogah melaut. Was-was dengan intensitas angin merubah pola hembus. Ombak beriak... level ombak kian garang hempas bibir pantai.
Musibah air laut pasang awal januari serasa begitu menghantui warga Ampenan pesisir. Income anjlok dan sirkulasi kegiatan operasional ngadat total. Semacam timbulkan dampak masal angka pengangguran sementara waktu. Dan prilaku angin menambah deretan masalah lain. Dari pihak staf Puskesmas ada laporan gejala meradang penyakit ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Atas). Rangkaian yang selalu tersaji begitu. Sejak dulu.

bocah memancing di petakan sawah yang terbengkalai
Ekor badai Narelle menghilang. Lalu masuk alih bulan februari. Ditandai perayaan Tahun Baru Imlek. Memang intesitas-nya turun. Sejauh pantauan masih menyisakan rasa enggan di kaum nelayan untuk kais rejeki pigi laut. Dengar-dengar sih, ada bantuan bergulir dari Pemkot untuk warga pinggir pesisir. Sekedar menyiasati kekurangan pangan akibat jeda menunggu cuaca blehek tadi.
Satu kesempatan saya kunjungi daerah Karang Panas. Masih penasaran dengan program paket pengembangan pesisir yang sempat heboh. Pendirian Hotel mewah Ampenan Harbour. Meski belakangan edar desas-desus gak ada kelanjutan lagi. Hanya saja saya tergerak liat segmen aktivitas proyek pembenahan garis pantai, berupa penimbunan tanah yang kelak bakal jadi lintas boulevard. Tembus Karang Panas... ujung Sintung muara dan menghubungkan Kampung Melayu Bangsal. Artinya, sungai Jangkuk mulut muara kelak dikangkangi jembatan baru.
Tiba sana, saya disuguhi fenomena sama. Beberapa sampan nelayan tergolek di gundukan pasir yang memisahkan batas laut dengan cikal bakal aspal boulevard. Bahkan ada terlihat karamba apung kelompok nelayan yang di-entas pula ke pinggiran. Karamba terlihat masih baru. Tulangan warna biru cerah, bongkah pelampung belum banyak ditempeli teritip.  Sistim knock-down. Gulir bantuan dari Dinas Kelautan Perikanan.

nelayan jaring anco.. sekedar cari tambahan lauk.

Semakin pertegas suasana prihatin. Dari sekian kelilip visual, akhirnya saya mendapati sesuatu yang lain. Berbekal kamera, saya-pun liput aktivitas gelintir nelayan menjaring ikan di genangan air payau. Dikawasan ini terdapat banyak spot-spot kolam alami (natural ponds). Kategori lahan basah (wetlands) indikasi bahwasanya lokasi ini merupakan "lahan parkir" alami bagi subsidi limpah air, kiriman dari dataran lebih tinggi. link photo
Seperti juga zona Ampenan utara. Ada tempat dengan penamaan khas. Karang Kerem,* kerem bermakna rendam dalam bahasa sasak. Atau di kelurahan Otak Desa, ada 1 bagian daerah ini yang dinamai kampung Pintu Air. Hanya akibat bertambah populasi penduduk, kawasan ini telah menjadi beralih fungsi menjadi pemukiman. Notabene lokasi rentan banjir. Terutama musim penghujan datang. Konsekuensi lumrah dan wajar. Perubahan tata guna lahan yang berubah dalam 4 dasawarsa terakhir.
Nyatanya, petak genangan ini memberi sedikit alternatif bagi nelayan lokal untuk mencari tambahan tangkapan ikan tawar. Berupa jenis mujair dan betok. Melalui dialog singkat, saya peroleh informasi bahwasanya inilah yang dilakukan mereka selama belum bisa melaut. Memakai metode jaring Anco, adalah tehnik penangkapan umum yang ada di tambak udang. Belakangan saja mulai dilirik, memaksimalkan fungsi tangkap biota air di sungai. Bahkan situ demi situ yang bertebaran di seantero pulau Lombok.

tsunami cilik jilid 2   
Dimulai awal tahun, tercatat telah banyak rekaman informasi kekalutan cuaca ekstrim. Beberapa laporan keterlambatan ferri penyeberangan Bali-Lombok, juga Tano-Kayangan. Meluas pula berita kasus pelayaran yang mengalami musibah laut. Apalagi jika mengandalkan pencarian di search engine afiliasi google. Hampir di pelosok Indonesia mengalami hal sama. Beruntung saya punya stok sobat berprofesi sailor. Dari setiap pelayaran yang dia arungi selalu di up-date via status Facebook. Direct news on the spot. Mendekati kesan catatan sailing log-book. Menunggang phinisi mengiris shaf-shaf alun riak kulit gelombang.
 
ombak di bantaran pantai kampung melayu Bangsal
Puncak kulminasi dari energi amarah gelombak, justru terjadi pada bulan Mei 2013. Lagi-lagi hingar-bingar terdengar dari zona pesisir kampung Melayu Bangsal. Huru-hara apa lagi nih?
Bergegas raih kamera dan segera meluncur TKP.  Ternyata daya ombak sorong lagi unjuk kebolehan. Hantaman-nya terjang tembok penghalang (barrier). Memecah debur riak air hingga terangkat capai tinggi 3 meteran. Energi-nya mampu memindahkan sejumlah partikel pasir ke ceruk pemukiman melalui gang-gang sempit. Bahkan meluluh lantak kanopi asbes rumah yang berada paling pinggir dekat pantai.  
situasi di pesisir Pondok Perasi

Gak puas di spot sama, saya beranjak tuju kampung Pondok Prasi. Sesuai prediksi, akibat pantai landai tanpa penghalang apapun, terjangan ombak mengalun mulus. Sejumlah rumah dan gang terendam air asin. Beda-nya dampak kerusakan kali ini sudah bisa diminimalisir oleh warga setempat. Beberapa jukung tampak telah ditambat jangkar agak jorok tengah laut. Hanya segelintir jukung terlihat merepotkan para nelayan. Terutama yang tergeletak nangkring di gunduk pasir. Mereka bergotong-royong mengamankan aset berharga. Bahkan, beberapa personil warga blok sebelah mulai berdatangan turut bantu. Diliat dari geliat kondisi cuaca, ombak melaju frontal dengan ketinggian capai 4 meter. Anehnya, malah hembus angin terasa lebih sepoi dari biasa. Seolah gak ada sinkronisasi daya sebab-akibat. Yah! tsunami cilik ini semacam efek dari perubahan pola alamiah lain. Seperti istilah umum yang disebut banjir rob dikalangan masyarakat nelayan, Tambak Lorok - Semarang dan pesisir sekitarnya.. Berupa limpahan air laut akibat indikasi menurunnya permukaan tanah kota Semarang. Bedanya hanya pada intensitas pola rutin. Jika banjir Rob semarang bisa jadi menu harian dan mencapai puncaknya pada bulan tertentu. Rob di Ampenan terpantau 2 kali terjadi. Januari dan Mei.

Selidik dan telusur info via internet. Walah! perilaku ganas ombak ternyata dialami juga di beberapa daerah di Indonesia. Bahkan di beberapa pantai lokasi wisata telah memakan sejumlah korban. Sekalipun tidak bersamaan waktu, namun antara 1 dengan daerah lain memiliki rentang kejadian harian. Info pencerah justru akhirnya saya dengar dari rekan pemancing. Tsunami kecil yang dialami Ampenan terjadi tanggal 25 Mei 2013. Bertepatan pelaksanaan hari raya Waisak tahun 2557. Saat itu posisi bulan sedang purnama penuh. Sempurna rupa bundar. Pantas saja! pola pasang-surut drastis ini menjadi pola di luar kebiasaan. Efek gaya tarik akibat siklus bulan.
 
Kadang informasi memang terlalu lambat untuk dicerna. Entah akibat putusnya link sosialisasi. Atau memang banyak pihak yang tidak mengindahkan. Periodikal pola pasang-surut mestinya sudah cukup dipahami oleh pihak yang berkepentingan dengan laut. Semisal bidang transportasi perairan, pelayaran, pembangunan rana pesisir. Dan mestinya menyentuh di kalangan penyelenggara wisata marina. Dimanapun pelosok pantai kategori lokasi plesir. Cukup riskan saat diketahui ada kejadian korban meninggal disapu ombak pasang dalam angka beruntun. Sementara di perairan Jepara konon terbersit kabar ada wisatawan asing yang juga jadi korban. Melengkapi sederet sensus korban demi korban. Ada yang dialami oleh sosok individu, bahkan kalkulasi jenazah disaat momentum sama. Kog bisa ya? Apa pihak pengelola lokasi wisata tidak memasang rambu peringatan tegas? Apa pihak ini belum terjalin dengan sistem Alert-Network pada jaringan arus informasi ter-integrasi. Belum ada pembekalan bagi oknum pengelola tentang sadar bencana. Apa mungkin mereka sebenarnya paham? Hanya saja sengaja mengacuhkan...menyamarkan informasi demi tetap mempertahankan angka kunjungan wisata lokal or domestik, demi pundi-pundi income ticketing. Demi PAD... demi duit. Belum begini...belum begitu... belum-belum rajin berburuk sangka. Ah! susah juga menyusun penalaran dari kasus yang semestinya bisa di tekan menambah angka mortabiltas akibat kecerobohan sendiri.
Korban masal sejumlah 9 remaja (alumni setingkat SMP) disinyalir sebagai akibat luapan rasa bahagia. Sebab jelang momen Waisak bertepatan acara kelulusan Sekolah yang juga terjadi di bulan Mei 2013. Memuntahkan amunisi kesenangan yang akhirnya menuai petaka. Ujung dari penyesalan ini, hanya berharap pada kesadaran. Kelak kemudian, moga kondisi jadi lebih terkendali.
Bercengkrama dengan alam berarti kita mampu untuk adaptasi. Paham gejala dan gelagat perubahan. Baik disaat bersahabat maupun ketika tiba waktu perlu diwaspadai.
Amiiiiin,

NB : sebagai perimbangan visual berikut saya sertakan dokumentasi pantai Ampenan ketika kondisi sangat menyenangkan. Permukaan air rata, hanya beriak kecil pinggir. Peluang menghangatkan tubuh dengan siraman cahaya pagi. Warga turun laut menyalurkan hajat menjaring ikan tipikal pesisir.

 






Catatan :
* Karang Kerem : jika ada nama wilayah di sekitar Mataram diawali nama Karang, artinya merujuk pada plot kawasan yang ada pengaruh dari unsur kerajaan hindu, KarangAsem. Kerem = bahasa sasak rendam.