Selasa, 14 April 2015

jeda BLOGGING...... Lagi dan lagi.

Wah, terlalu lama yah!
Lagi-lagi blog ini terbengkalai dalam kurun yang begitu lama. Semakin gak runut jika saya ingin lebih teratur tuang unek-unek di blog sendiri. Kadang geli sendiri, sekalipun wadah ini adalah media bebas yang memang bisa diperlakukan semena-mena. Niat nulis terserah.... gak tergerak sama sekali juga bukan masalah apa-apa. Wong semua tergantung dari sisi nurani kita sendiri dalam mengatur intensitas kemauan menulis. Berupa manuskrip lingkup kehidupan sekitar, yang akan indah untuk disebar. Nyalakan hidup... berinteraksi dengan kata dan huruf. Gak ada target kurikulum.... Semua adalah nafas kemandirian ditunjang apapun bekal kita. Berusaha lebih fokus dalam jurnalistik pribadi. Yah, kadang saya justru terpacu dari hal kecil. Semisal pesan sinematik pilem animasi si Barbie, beberapa konten judul ada dimiliki putri sulung saya. Prakata si Barbie kerap mengawali pesan pembuka... " dear diary.." 

Perjalanan waktu hingga tembus kini di selasar April 2015. Cukup banyak momen terlewati. Ada beberapa yang memang sengaja tidak ingin saya balas dan ulas. Bisa jadi 2014 adalah saat dimana saya, dan kami secara  keluarga dihadapkan pada kurun waktu yang kudu mawas dalam sikap dan kedewasaan menghadapi memaknai ujian dan musibah. Tapi sekedar sebagai acuan semoga ini menjadi pelajaran yang berharga bagi kami. Lebih antusias menghadapi segmen episode kehidupan, kelak!

Jalan-jalan di seputaran kota... ikon utama zona kota Malang. Setelah
melakukan kunjung ke Pasar Kembang Splendid, pasar burung.. berburu
ikan dan mampir di warung idola menu Pangsit, jadi rujukan wajib bagi istri.
Bermuara di Januari 2014....,
Ada seputar cerita singkat dalam kesempatan mudik Malang. Untuk pertama kali-nya 'komplit'-nya kami saya bisa boyong tim keluarga. Demi momen perdana 'setor' profil lengkap nyata pada ortu di sana. Terutama ibunda yang saat itu sedang dalam kondisi sakit. Hehehe... ngenes bukan? Semoga menjadi obat kangen yang tertunda sekian lama. Sedih banget mengenang 'etape' ini.

Bagi anak-anak ini jelas momen berharga. Terutama jatah tumben bagi ke-3 adik si sulung Gingga. Kabar ibunda yang sakit dan terhantar di ruang rawat-inap RS juga melengkapi bahan pertimbangan kenapa kami harus gegas anjangsana. Yah, ada riwayat sakit ibunda yang selama ini diderita ternyata berat dan akut. Memang janggal... dalam kurun sekian lama ternyata penyakit yang sebenarnya telah disamarkan. Dan dirahasiakan untuk diungkap detil pada anak-nya yang berada di rantau. Yah, alasan klasik sih! Mana ada ortu yang mau bebani pikiran berat buat anak-nya. Apalagi sudah menjalani sebentuk porsi tanggung-jawab berbentuk koridor rumah-tangga. Sedih yang mendalam.
Secara misi kunjung kali ini bisa terealisasi berkat dukungan ipar. Perjalanan usaha jasa pengadaan barang (Supplyer) sedang dalam awal rintis, dimana saya termasuk crew pendukung. Ada beberapa kisah tersendiri yang semoga bisa saya bagi dalam topik tersendiri
Support ini berupa kelegaan waktu dan dana cukup untuk melakukan survey lapangan perihal sentra budidaya jamur kancing, atau basa keren menyebutnya champignon. Konon pusatnya ada di kota Batu yang memang sudah jadi ikon produk pertanian. Mengingat alur permintaan dari mitra usahawan sejenis kerap kesulitan mendapatkan stok dengan sirkulasi tetap. Sementara respon pasar sangat antusias. Tapi faktor distribusi menjadi kendala utama. Jadi poin cerita-nya, ini adalah upaya membedah mata rantai terkait bidang usaha yang kami tekuni. Bahkan jauh sebelum realisasi kunjung, sudah detil saya mendelik... pantengi sumber informasi di kanal maya. Cuma ada 2 lokasi ideal. Klo gak Batu... opsi lain adalah kelompok petani pengembang yang ada di serambi gunung Bromo. Menariknya, dikawasan kelompok petani di kawasan Bromo merupakan kelompok petani binaan yang di support suntikan dana langsung oleh bank daerah. Kinerja dan geliat usaha yang begitu signifikan bergerak. Ini menjadi angan tersendiri untuk datang. Paling tidak jika ada luang waktu bisa saya sempatkan sejenak untuk mampir kesana. Toh, gak jauh rentang tempuhnya dari Malang. Yah, begitu itu ancang-ancang...,
Tapi bisa ditebak. Efektifitas waktu kudu saya perhitungkan lagi. Mendapati kondisi ibunda yang saat kami datang di rumah Kotalama, sedang berada di RS, memaksa saya lebih intens untuk fokus. Istri-anak konsentrasi jeda rehat paska lelah perjalanan bis malam Malang-Mataram. Saya langsung melesat menuju RS Aisyiah, menjemput ibu yang saat itu sudah jatah pulang paska rawat-inap pemulihan kondisi. Gak usah dibayangkan, betapa cair rasa rindu dan hawa ikatan silaturahmi yang terputus kurun jarak, tempat & waktu sekian lama. Adakah yang bisa mengalahkan itu? ikatan ibu-anak adalah tahta mahligai yang indah sepanjang ritme perjalanan kehidupan. Tepatlah bait lagu... Kasih Ibu...Bagai sang surya menyinari dunia.
3 hari kutat awal, saya belum bisa keluyuran sesuai emban misi. Apa yang bisa kita berikan disaat ironi seperti itu? selain usaya beri cuil perhatian terbaik demi orang tua . Berbagi kisah dan tumpah kerinduan dengan hadirnya cucu yang sangat diharap hadir bertatap muka. Sekalipun rentang kami jauh... komunikasi tetap terjalin. Baik telpon... terlebih, menulis surat menjadi media perantara wajib bertutur tukar kisah. Apa lagi sebentuk nilai yang bisa kami beri? Tidak ada... selain kedekatan dan perhatian. Bahkan saking demi itu, tools bekam sampai harus saya pesan kirim ke Malang. Setidaknya, hasil pembelajaran materi Thibbun Nabawi bisa diterapkan langsung pada 'range' orang terdekat. Ini hasil ajakan teman 'alur' lain di Mataram, melalui wadah rumah sehat Ar-Rayyan ber-afiliasi di kubah besar organisasi ABI (Asosiasi Bekam Indonesia). Praktikum kesehatan mandiri dengan pelaksanaan berbasis fardhu Kifayah. 

Payung - Batu, ekplorasi sentra budidaya jamur.... ayok, Kids! kini giliran
kita santroni arah Cangar dan sekitarnya.
Misi utama....,
Agenda survey lokasi sentra budidaya jamur baru saya lakukan di hari ke-4. Cukuplah bekal motor. Seperti biasa, rawan macet. Lintas kendaraan terlalu padat... dan sarat polusi. Beuh! selalu terkenang kilas balik masa SMA dulu. Betapa sangat kontras beda pesat perkembangan jalur tempuh. 
Saya ajak Gingga dan Ahnaf. Toh, peluang ini juga sebagai ajang selip mengisi libur nyambi belajar tentanga banyak hal. Menanjak alur liku aspal selasar tebing Payung, hingga gerbang arah Pujon. Dari info beberapa warga disekitar sana ternyata terbilang jarang ada petani yang konsen pelihara jamur. Dominan di wilayah utara, arah menuju Cangar. Sebenarnya ada niat kami alihkan jenguk sejenak arah simpang tuju Coban Rondo. Tapi, bisa-bisa waktu keburu ludes jika kami turuti niat blusukan. Hehehe......, Efektifkan waktu!